Review Razer Kishi V2
Review Razer Kishi V2
Perangkat mobile makin jadi mesin games bersaing yang asli, tapi ada satu halangan yang tidak bisa dipungkiri yang tidak bisa ditangani oleh handphone. Banyak style permainan yang tidak nikmat dimainkan di monitor sentuh. Untuk menangani keluh kesah ini, produsen aksesories video games berlomba cari siapakah yang dapat jual jalan keluar terbaik. Pada umumnya, Backbone One (yang belum ada untuk piranti Android) sudah jadi pengatur telephone masuk karena beberapa argumen kuat, tapi Kishi V2 dari Razer, yang dipublikasikan dan dikeluarkan ini hari untuk piranti Android, memberi kompetisi yang riil.
Kishi versi Kishi V2
Sama seperti yang tersurat oleh V2 dalam namanya, Kishi V2 ialah tindak lanjut dari pengatur handphone Kishi 2020, yang disebut pengatur handphone kompak yang GameSpot rangking tinggi dalam perincian pengatur handphone terbaik. Tindak lanjut membuat beberapa peralihan dan kenaikan pintar, dan beberapa peralihan kecil yang ditanyakan.
Peralihan paling besar dan paling mencolok ini ialah tambahan jembatan penuh. Jembatan ialah sisi penyambung yang menyambungkan segi kiri dan kanan pengatur. Kishi asli memakai sepotong karet yang bisa dilipat yang memungkinkan roboh jadi kotak portabel saat tidak dipakai. Membuat pengatur solid saat tidak bermain itu bagus, tapi itu membuat menyambungkan dan melepaskan handphone Anda dari pengatur sedikit sulit, dan rasanya cukup tipis saat dipakai.
Bridge pada Kishi V2 ialah sisi padat dari plastik yang bisa diambil (seperti persaingan paling besarnya, Backbone One), dan membuat lebih gampang untuk masukkan handphone Anda ke dok dan berasa lebih kuat saat Anda bermain.
Tombol
Kishi V2 menambah beberapa tombol tambahan, tapi melakukan dengan tidak berasa terlalu berlebih. Bertepatan dengan pilihan dan tombol bagi disebelah kiri pengatur, dan tombol menu disebelah kanan, ada pula tombol khusus Razer Nexus.
Razer Nexus ialah piranti lunak iOS dan Android khusus Razer yang bekerja bersama dengan pengatur dan memungkinkannya Anda atur games dan mengeluarkannya dari 1 program. Program ini memungkinkannya Anda untuk terhubung kekuatan streaming YouTube atau Facebook dan penataan pengatur. Sepanjang waktu saya dengan pengatur, saya tidak bisa mengetes piranti lunak khusus Razer yang baru, tapi ini opsional dan tidak tampilkan berlangganan, yang disebut kasus untuk program pengatur berkaitan yang sepadan.
Tombol tambahan yang lain dipertambah – yang mempunyai potensi jadi feature khusus yang membandingkannya dari kompetitornya – ialah tombol pundak tambahan ke-3 dan ke-4, yang disebutkan M1 dan M2. Beberapa tombol ini ditata di samping penyebab L2 dan R2 dan segera dapat diprogram untuk beragam permainan. Apa yang membuat mereka demikian bagus ialah mereka gampang didesak dan diacuhkan. Mereka betul-betul keluar tombol pundak khusus dan mustahil didesak secara tidak menyengaja, tapi gampang dicapai saat Anda ingin memakainya. Saya benar-benar menyenangi tombol tambahan ini hingga saya tidak berkeberatan menyaksikannya di pengatur konsol standard di periode kedepan. Saya berasa mereka lebih gampang dipakai dan semakin nyaman untuk didesak dibanding dayung belakang yang makin terkenal di konsol kelas tinggi dan pengatur PC.
Di luar beberapa tombol tambahan itu, tata terletak akan dekat untuk siapa yang sempat menggenggam pengatur Xbox. Stik analog disertai dan mempunyai sektor pergerakan yang kecil, tapi merasa nyaman dan berperan sebagai tombol saat Anda mengekliknya. Tombol L1 dan R1 ialah tombol pundak standard, dan L2 dan R2 berperan sebagai penyebab. Tombol L2 dan R2 mempunyai sektor pergerakan yang kecil, namun tetap berasa nikmat. Tombol D-pad dan muka (dan beragam tombol menu) semua bisa di-click secara memberikan kepuasan dan responsive. Tidak ada tombol yang dirasa benyek, dan salah satu keluh kesah prospektif yang bisa Anda sampaikan padanya ialah tombol itu kemungkinan gampang didesak secara tidak menyengaja, khususnya ingat ukuran yang kecil. Ini bukanlah pengalaman saya, tapi saya dapat menyaksikannya sebagai permasalahan untuk tangan yang semakin besar.
Satu pengurangan yang nyaris tidak kelihatan dari Kishi asli ialah tombol A/B/X/Y tak lagi warna. Tombol warna, memang, bukan suatu hal yang Anda pikir ketika bermain games. Kontroler terbaik direncanakan sebegitu rupa hingga Anda tidak menyaksikannya benar-benar, tapi saya cuma lebih sukai sedikit warna pada pengatur saya, dan Kishi V2 betul-betul putih dan hitam.
Ergonomi
Menggenggam Kishi V2 dan handphone Anda merasa nyaman. Ke-2 segi pengatur mempunyai wujud bundar simpel dengan pegangan memiliki tekstur dan tatanan letak tombol berasa akrab. Tujuan saya ini secara positif, tapi sedikit yang dapat disebutkan mengenai bagaimana hati Kishi V2. Pengatur yang bagus ialah pengatur yang Anda lupa Anda pegang dan tidak begitu pikirkannya saat Anda bermain, dan Kishi V2 capai arah yang susah diukur itu. Rasanya mayoritas tidak kelihatan secara positif.
Memainkan permainan
Untuk mengetes Razer Kishi V2 kami cuma mempunyai akses ke piranti versus Android. Versus iOS sedang dalam peningkatan tapi tidak ada tahun akhir ini. Saya mainkan games baru seperti Diablo Immortal, dan classic seperti Sonic the Hedgehog 2, untuk tempatkan pengatur lewat cara platformernya, dan terus jalan tanpa permasalahan.
Kompatibilitas dan keringanan pemakaian akan bervariatif dari 1 games ke games yang lain (Apex Legends Mobile, misalkan, tidak bisa manfaatkan pengatur di Android), tapi yang cocok dengannya, integratifnya mulus. Razer Kishi V2 bukan pengatur Bluetooth. Ini dicolokkan langsung ke port USB-C pada bagian bawah handphone yang memiliki arti Anda tak perlu cemas mengenai pengisian daya atau jaringan nirkabel yang tidak konstan. Ada pula port USB-C passthrough hingga Anda bisa isi daya handphone ketika bermain bila dibutuhkan pada bagian bawah pengatur, yang ditaruh secara baik supaya tidak mengusik Anda ketika bermain.
Garis bawah
Kishi V2 membuat saya terkesan selama saya menggunakannya. Backbone One adalah pengontrol ponsel yang harus dikalahkan, dan Kishi V2 mengambil pelajaran yang tepat dari pengontrol populer itu dan menambahkan beberapa perkembangan sambutannya sendiri. Akibatnya, ini adalah pengontrol seluler terbaik untuk Android, dan versi iOS yang akan datang kemungkinan akan menyaingi Backbone One. Kishi V2, seperti Backbone One, berharga $99, tetapi itu membuat game seperti Diablo Immortal terasa seperti Anda bermain di pengontrol pihak pertama dan bukan yang Anda gunakan untuk menelusuri Twitter.
Bagian Bagus
- Ergonomi yang sangat baik
- Tombol M1 dan M2 adalah tambahan yang bermanfaat
- Semua tombol wajah memiliki klik yang memuaskan
- Genggaman bertekstur membantunya tetap di tangan Anda
- Tidak perlu mengisi daya atau terhubung secara nirkabel
Keburukan
- Tidak ada warna
- Anda mungkin harus melepas casing untuk menggunakan pengontrol
- Kompatibilitas game terbatas saat peluncuran
- Versi iOS akan datang nanti