League Of Legends Indicator Bergesernya Penonton Olahraga Tradisional

League Of Legends Indicator Bergesernya Penonton Olahraga Tradisional

Dengan juta-an penonton, judul yang menarik, dan persaingan yang laku manis, tidaklah heran bila dunia esports mulai melawan beberapa olahraga paling mapan di Eropa.

Walau industri ini relatif masih muda, perkembangannya yang terus-menerus tidak memperlihatkan pertanda melamban dengan sponsor yang berminat untuk manfaatkan pasar yang berkembang.

League of Legends European Champion (LEC)

League of Legends masih tetap menjadi satu diantara judul industri yang tersukses dan, berdasar data baru dari riset industri olahraga Nielsen, itu ialah hit besar dengan audience yang lebih muda di Eropa.

League of Legends European Champion (LEC)

Sebuah study belakangan ini mendapati jika League of Legends European Champion (LEC) mempunyai Average Minute Audiens (AMA) yang semakin tinggi dibanding olahraga seperti tenis, bola basket, dan rugby union buat mereka yang berumur di antara 16 dan 29 tahun.

AMA hitung jumlah rerata orang yang melihat laga atau acara tertentu di titik waktu tertentu.

Study itu memperbandingkan AMA penonton Eropa sepanjang tayangan tahun kemarin dari Piala Champions Heineken, grand slam tenis, Liga Champions UEFA dan LEC.

“LEC sudah tumbuh dua digit sepanjang enam semester paling akhir. Tahun ke tahun,” Alban Dechelotte, kepala peningkatan usaha UE di Riot, penerbit games, menjelaskan ke CNN Sport.

“Ini mengagumkan dan rintangan untuk menyaksikan apa yang hendak terjadi seterusnya untuk kami — bagaimana kami semakin berkembang dan terus memberi nilai plus ke fans?”

League of Legends European Champion (LEC)

Masa datang yang ceria dari game esport

Data tentukan jika umur rerata fans LEC cuman 23 – 19 tahun lebih muda dari umur rerata fans sepak bola memperlihatkan kekuatan pangkalan simpatisannya sepanjang umur.

Penonton games condong datang dari demografi tertentu; yakni pria bujang muda di sekolah menengah atau perguruan tinggi.

baca juga artikel : film

Untuk Dechelotte, ini bukan hanya memperlihatkan masa datang yang ceria untuk games ini, tapi juga kesempatan untuk menganekaragamkan dan meluaskan audiensnya.

Ia menjelaskan industri ini telah mempunyai lebih beberapa orang tua yang turut serta dan yakin semangat orang untuk esports pada akhirannya akan di turunkan dengan alami dari angkatan ke angkatan.

“Ini sedang terjadi,” ucapnya. “Kami memperlihatkan jika orangtua dapat senang dengan anak-anaknya karena bermain esports.

“Mimpi kami ialah mempunyai, satu hari, di almari es, orangtua memberi [medali] untuk suatu hal yang sudah dilakukan anak itu di League of Legends, secara seperti yang mereka kerjakan untuk judo.”

Sementara LEC terus tumbuh dalam industri esports yang semakin berkembang, sponsor bersama-sama ke permainan.

Dechelotte sudah mengenali tiga angkatan berlainan dari merk yang sudah turut serta dengan LEC semenjak diawali, memperlihatkan evolusi dan kenaikan akseptasi industri.

Awalannya, cuman organisasi tehnologi yang ingin pemain memakai perlengkapan mereka. Selanjutnya tiba merk, terhitung perusahaan makanan, yang ingin menarget penonton acara langsung. Dan, belakangan ini, merk seperti Louis Vuitton ingin bekerjasama dengan industri.

“Kami ada di status yang paling baik pada hal pemirsa, dalam soal misi, dalam soal langkah kami lakukan suatu hal dan itu membuat kami sedikit berlainan,” kata Dechelotte, sambil menambah wabah Covid-19 sudah menyaksikan kenaikan jumlah pemirsa sementara reguler.