Dolar AS Saatnya Ucapkan Selamat Tinggal 5 Oktober?
Saatnya Ucapkan Selamat Tinggal ke Dolar AS 5 Oktober
BERITA BURUNG – Dolar AS Indeks dolar Amerika Serikat (AS) jeblok lagi pada perdagangan Selasa, semakin menjauhi level tertinggi dalam lebih dari 20 tahun terakhir di 114,77 yang dicapai pada Rabu (28/9/2022) pekan lalu.
Melansir data Refinitiv, indeks dolar AS jeblok hingga 1,5% ke 110.06. Dalam 5 hari perdagangan merosot sebanyak 4 kali dengan total 3,5%.
Jebloknya indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut juga membuat rupiah menguat 0,36% ke Rp 15.245/US$ kemarin, dan berpeluang berlanjut lagi pada perdagangan Rabu (5/10/2022).
Jebloknya indeks dolar AS mengikuti pergerakan yield obligasi (Treasury) Amerika Serikat. Banyak analis melihat Penurunan keduanya terkait ekspektasi atau pandangan suku bunga Th Fed (bank sentral AS).
“Kita melihat penurunan ekspektasi kenaikan suku bunga di seluruh pasar finansial setelah bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) menaikkan suku bunga 25 basis poin, lebih rendah dari ekspektasi 50 basis poin,” kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay Toronto, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (4/10/2022).
Ed Yardeni, veteran pemain pasar, memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga satu kali lagi, pada November. Setelahnya, bank sentral pimpinan Jerome Powell ini akan menghentikan periode kenaikan suku bunga akibat dolar AS yang terlalu perkasa.
“Saya rasa The Fed merusak sesuatu. Apa yang rusak adalah dolar AS karena terlalu kuat. Melesatnya dolar AS dikaitkan dengan krisis finansial global. Kita harus memiliki pandangan global dalam hal ini, kebijakan moneter yang ketat di AS memiliki dampak yang luar biasa ke seluruh dunia, terutama di negara berkembang,” kata Yardani, sebagaimana dikutip Reuters.
Kebijakan moneter The Fed yang terlalu ketat akan mengacaukan stabilitas finansial, dan para pejabatnya dikatakan harus menyadari hal tersebut.
“Saya pikir mereka akan menaikkan suku bunga sekali lagi di bulan November, sebab stabilitas finansial akan menjadi perhatian mereka,” ujar Yardani.
Yardani juga mengatakan wakil ketua The Fed, Lael Brainard pada Jumat pekan lalu mengindikasikan ia sangat memperhatikan kondisi stabilitas finansial saat ini.
Jika benar suku bunga hanya akan dinaikkan sekali lagi saja, maka dolar AS akan semakin terpuruk dan rupiah bisa menguat lagi.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro, memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tahun ini akan bergerak di kisaran 14.688-14.675. Sementara pada tahun 2023 mendatang diperkirakan akan berada di level 14.858-14.886.
Baca Juga Yah : BRI Gunakan Kendaraan Listrik untuk Operasional Bisnis 2060
Analisis Teknikal
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50) yang kini berada kisaran Rp 14.900/US$ – Rp 14.920/US$.
MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya. Apalagi rupiah juga sudah menembus dan tertahan di atas Rp 15.090/US$ – Rp 15.100/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 50%.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 50% tersebut ditembus dan tertahan di atasnya, rupiah berisiko terpuruk semakin jauh. Target pelemahan ke Rp 15.450/US$, yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%.
idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv
Untuk hari ini, ada risiko rupiah melemah ke Rp 15.270/US$ – Rp 15.300/US$.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Rupiah kini berada di dekat support kisaran Rp 15.240/US$, jika ditembus ada peluang rupiah menguat ke 15.200/US$. Support selanjutnya di kisaran Rp 15.150/US$ dan Rp 15.100/US$ – Rp 15.090/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 50%.
Jika level tersebut ditembus dan rupiah mampu bertahan di bawahnya, peluang berlanjutnya penguatan terbuka cukup lebar