Seruan Bubarkan DPR, Sahroni: Kritik Sah-Sah Saja, Tapi Jangan Tolol 2025
Seruan Bubarkan DPR, Sahroni: Kritik Sah-Sah Saja, Tapi Jangan Tolol 2025
Beritaburung.news/Jakarta, 24 Agustus 2025 – Sahroni Wacana pembubaran DPR kembali mencuat di media sosial. Tagar dan seruan “Bubarkan DPR” menjadi bahan perbincangan publik, terutama di tengah tingginya kekecewaan masyarakat terhadap kinerja lembaga legislatif. Namun, pernyataan tegas datang dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, yang menyebut bahwa seruan semacam itu tidak masuk akal dan bahkan dinilai sebagai “pemikiran orang tolol sedunia”.
Pernyataan Sahroni itu disampaikan usai melakukan kunjungan kerja (kunker) di Polda Sumatera Utara, Jumat (22/8/2025). Politisi Partai NasDem yang dikenal blak-blakan ini menegaskan bahwa kritik kepada DPR adalah hal yang wajar, namun seruan untuk membubarkan lembaga negara justru dianggap berlebihan dan merugikan masyarakat sendiri.
Kritik Sah Sah, Tapi Ada Batasnya
Dalam keterangannya, Sahroni menyatakan bahwa dirinya tidak masalah bila masyarakat ingin mengkritik, bahkan dengan kata-kata kasar sekalipun. Namun ia menegaskan, jangan sampai kritik tersebut kelewat batas hingga merusak martabat dan mental orang lain.
“Masyarakat boleh kritik, boleh komplain, boleh caci maki, nggak papa. Kita terima. Tapi ada adat istiadat yang mesti dijaga. Silakan mau bilang ang, bi, ban**t, nggak papa, tapi jangan berlebihan. Itu bisa merusak mental manusia. Orang yang begitu adalah orang tertolol sedunia,” ujar Sahroni dengan nada serius.
Sikap keras itu bukan tanpa alasan. Menurut Sahroni, DPR adalah lembaga konstitusional yang memiliki peran penting dalam menjaga jalannya roda pemerintahan. Membubarkan DPR, kata dia, justru bisa menimbulkan kekacauan baru.
Baca Selengkapnya di : Sahroni: Kritik Sah-Sah Saja, Tapi Jangan Tolol 2025
DPR Sebagai Wakil Rakyat
Sebagai seorang wakil rakyat, Sahroni mengingatkan bahwa DPR memiliki fungsi utama dalam pembuatan undang-undang, pengawasan, dan penganggaran. Jika lembaga itu ditiadakan, maka proses pemerintahan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
“Apakah dengan membubarkan DPR bisa menjamin masyarakat akan lebih baik dalam menjalani proses pemerintahan? Belum tentu. Justru bisa lebih kacau. Maka jangan asal ngomong bubarin DPR,” jelasnya.
Sahroni juga menyinggung bahwa banyak masyarakat yang tidak memahami bagaimana mekanisme kerja DPR. Menurutnya, wajar jika kritik muncul, namun ia meminta agar masyarakat tetap objektif dan tidak terjebak dalam sentimen negatif semata.
“Memang yang ngomong bubarin DPR rata-rata yang nggak pernah duduk di kursi DPR. Kita bukan orang pintar semua, tapi ada tata cara kelola negara. DPR memang tidak sempurna, tapi minimal ada kerja nyata untuk rakyat,” tambahnya.
Kritik Boleh, Menghujat Pun Sah, Tapi Jangan Lupa Solusi
Menariknya, dalam kesempatan itu Sahroni justru menegaskan bahwa dirinya tidak masalah jika DPR dihujat. Namun ia meminta agar kritik yang dilontarkan masyarakat juga dibarengi dengan solusi.
“Mau menghujat sampai mampus juga nggak papa, tapi DPR tetap berdiri. Jadi kalau mau kritik, kasih juga solusi. Itu lebih bermanfaat bagi bangsa,” tegas Sahroni.
Pernyataan ini kembali menunjukkan karakter khas Sahroni yang dikenal lugas dan apa adanya. Politisi asal Tanjung Priok, Jakarta Utara, ini kerap tampil vokal dalam berbagai isu, baik di internal DPR maupun di ruang publik.
Sahroni: Dari Priok ke Senayan
Nama Sahroni memang tidak asing lagi di dunia politik tanah air. Pria kelahiran 8 Juli 1977 ini dikenal sebagai politisi NasDem yang kariernya meroket tajam. Berasal dari keluarga sederhana di Tanjung Priok, Sahroni sempat bekerja sebagai sopir hingga akhirnya sukses di dunia bisnis, terutama di bidang otomotif dan pelayaran.
Kesuksesannya kemudian mengantarkannya masuk ke dunia politik. Ia berhasil terpilih sebagai anggota DPR dari dapil Jakarta Utara dan kini menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI yang membidangi hukum, hak asasi manusia, dan keamanan.
Karakter blak-blakan Sahroni membuatnya sering menjadi sorotan media. Tak jarang, ia melontarkan pernyataan kontroversial yang memancing perdebatan publik. Namun di sisi lain, banyak yang menilai sikap tegasnya mencerminkan kejujuran dan keberanian dalam berpolitik.
Dampak Seruan Bubarkan DPR di Media Sosial
Fenomena seruan “Bubarkan DPR” memang bukan hal baru. Setiap kali muncul isu kontroversial terkait DPR, seruan ini kerap kembali bergema. Namun hingga kini, wacana tersebut belum pernah benar-benar direalisasikan karena bertentangan dengan sistem demokrasi di Indonesia.
Sahroni menegaskan bahwa wacana tersebut hanyalah ekspresi kekecewaan masyarakat. Namun ia berharap agar warganet lebih bijak dalam menyampaikan aspirasi. Menurutnya, kritik itu perlu, tetapi tetap harus menjaga norma dan tidak merusak tatanan demokrasi.
FAQ seputar Sahroni dan DPR
1. Siapa Ahmad Sahroni?
Ahmad Sahroni adalah Wakil Ketua Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai NasDem. Ia dikenal dengan gaya bicara blak-blakan dan tegas.
2. Mengapa Sahroni menolak seruan bubarkan DPR?
Karena menurutnya DPR adalah lembaga penting dalam menjalankan fungsi legislasi, pengawasan, dan penganggaran. Jika dibubarkan, pemerintahan bisa kacau.
3. Apakah Sahroni melarang kritik terhadap DPR?
Tidak. Ia menegaskan kritik sah-sah saja, bahkan dengan kata-kata keras. Namun ia menolak kritik yang berlebihan tanpa solusi.
4. Apa latar belakang Sahroni sebelum masuk DPR?
Sahroni berasal dari Tanjung Priok dan sempat bekerja sebagai sopir. Ia kemudian sukses sebagai pengusaha sebelum terjun ke dunia politik.
5. Bagaimana respons publik terhadap pernyataan Sahroni?
Sebagian masyarakat setuju karena DPR memang lembaga konstitusional. Namun ada juga yang tetap kecewa dengan kinerja DPR dan merasa kritik keras perlu disuarakan.
Kesimpulan
Pernyataan Sahroni tentang seruan “Bubarkan DPR” kembali memicu diskusi publik. Dengan gaya blak-blakan, ia menyebut bahwa orang yang menyerukan pembubaran DPR adalah “orang tolol sedunia”. Meski demikian, ia menegaskan bahwa dirinya tidak menolak kritik, bahkan hujatan sekalipun, selama tetap dalam batas wajar dan disertai solusi.
Sebagai politisi yang lahir dari latar belakang sederhana, Sahroni memahami betul dinamika masyarakat. Ia juga sadar bahwa DPR belum sepenuhnya sempurna. Namun baginya, membubarkan DPR bukanlah solusi, melainkan justru bisa menimbulkan masalah baru.
Di tengah derasnya kritik publik, pernyataan Sahroni bisa menjadi pengingat bahwa demokrasi membutuhkan ruang kritik yang sehat, bukan sekadar seruan emosional yang tanpa arah. DPR boleh dihujat, tapi tetaplah berdiri sebagai salah satu pilar penting bangsa.