Pengertian Tentang Gagasan Web3.0 Yang Sedang Viral
Pengertian Tentang Gagasan Web3.0 Yang Sedang Viral
Topik tentang web3.0 ini muncul di bagian pembahasan kecil dari seminar tentang Tutorial Pendatang Baru untuk Crypto, sebuah pertanyaan besar mengenai cryptocurrency dan cabang-cabangnya.
Dilansir dari Nytimes bahwa Kevin Roose, kolumnis tehnologi Times, menjawab beberapa pertanyaan yang muncul di forum komunikasi mengenai NFT, DAO, DeFi, dan ide kripto yang lain.
Saya dengar istilah ini Web3.0 di mana saja. Apakah itu?
Web3.0 ialah nama yang diberi oleh beberapa tehnologi untuk ide tipe service internet baru yang dibuat memakai blockchain terdesentralisasi mekanisme buku besar bersama yang dipakai oleh cryptocurrency seperti Bitcoin dan Ether.
Istilah ini sudah ada sepanjang tahun, tapi sudah jadi model pada sebuah tahun akhir ini.
Packy McCormick, seorang investor yang menolong mempopulerkan Web3.0, sudah mendeskripsikannya sebagai internet yang dipunyai oleh pembikin dan pemakai, ditata dengan token.
Beberapa simpatisan memikirkan Web3.0 ambil banyak wujud, terhitung jaringan sosial terdesentralisasi, video games “bermain untuk memperoleh” yang memberikan penghargaan ke pemain dengan token kripto, dan basis NFT yang memungkinkannya orang untuk beli dan jual bagian budaya digital.
Yang lebih visioner menjelaskan jika Web3.0 akan mengganti internet sama seperti yang kita kenali, memutarbalikkan penjaga gerbang tradisionil dan mengantar ekonomi digital baru yang bebas mediator.
Tapi beberapa kritikus yakin jika Web3.0 tidak lebih dari usaha rebranding untuk crypto, dengan arah melepas beberapa beban budaya dan politik industri dan memberikan keyakinan beberapa orang jika blockchain ialah babak komputasi alami selanjutnya.
Lainnya yakin itu ialah misi dystopian dari internet bayar untuk bermain, di mana tiap kegiatan dan hubungan sosial jadi instrument keuangan untuk dibeli dan dipasarkan.
Kenapa demikian beberapa orang bicara mengenai Web3.0 mendadak?
Sisi dari itu ialah koktail hype, marketing, dan ketakutan akan kehilangan hal besar selanjutnya.
Tapi meledak Web3.0 menggambarkan jumlah modal, talenta, dan energi yang mengucur ke perusahaan rintisan crypto di tengah-tengah pasar bull crypto sepanjang tahun.
Perusahaan modal ventura sudah masukkan lebih dari $27 miliar ke project berkaitan crypto di tahun 2021 saja lebih dari sepuluh tahun awalnya dipadukan dan mayoritas modal itu dipakai untuk project Web3.0. Beberapa perusahaan tehnologi besar, seperti Twitter dan Reddit, mulai melakukan eksperimen dengan project Web3.0 mereka sendiri.
Dan industri ini sudah jadi magnet untuk bakat tehnologi, dengan beberapa pegawai perusahaan tehnologi besar stop dari tugas yang nyaman dan konstan untuk cari keberuntungan di Web3.0.
Saya ingin pahami Web3.0. Tetapi pertama kali, dapatkah Anda mengingati saya apakah itu web1 dan web2?
Pasti. Web1, dalam penceritaan tradisionil, merujuk pada internet tahun 1990-an dan awalnya 2000-an. Itu ialah internet website, papan pesan, dan portal awalnya seperti AOL dan CompuServe. Mayoritas yang sudah dilakukan orang di web1 ialah membaca halaman situs statis secara pasif, dan mayoritas dibikin memakai “prosedur terbuka” seperti HTTP, SMTP, dan FTP.
Tidak boleh cemas mengenai apakah itu kenalilah jika prosedur terbuka ialah sisi dari infrastruktur situs yang tidak dipunyai oleh satu perusahaan, dan jika ide prosedur terbuka akan ada kembali beberapa kalimat dari sekarang ini.
Web2.0, ceritanya, ialah babak selanjutnya dari internet, diawali sekitaran tahun 2005 ataupun lebih yang diikuti oleh raksasa sosial media seperti Facebook, Twitter, dan YouTube.
Di web2 atau Situs 2.0, seperti yang umum disebutkan saat itu, orang mulai membuat dan mempublikasikan content mereka sendiri, dengan aktif berperan serta di internet dibanding membacanya secara pasif.
Tapi mayoritas kegiatan itu pada akhirnya dialokasikan dan dimonetisasi oleh perusahaan besar, yang simpan mayoritas, bila tidak seluruhnya, uang dan kendalian untuk diri sendiri.
Web3.0, ceritanya, akan gantikan basis korporat yang terkonsentrasi ini dengan prosedur terbuka dan jaringan terdesentralisasi yang digerakkan komune, menyatukan infrastruktur terbuka web1 dengan keterlibatan khalayak web2.
Investor crypto Li Jin dan penulis Katie Parrott membuat sketsa misi Web3.0 semacam ini: Bila zaman pra internet atau web1.0 menyenangi penerbit, dan zaman web2 menyenangi basis, pengembangan angkatan selanjutnya secara kelompok dikenali sebagai Web3.0 ialah segala hal. mengenai memiringkan rasio kekuasaan dan pemilikan kembali lagi ke pembuat dan pemakai.
Kelihatannya menarik tetapi tidak terang. Bagaimana sebetulnya beberapa simpatisan Web3.0 memikirkan hal tersebut terjadi?
Simpatisan Web3.0 memiliki pendapat jika internet berbasiskan blockchain akan tingkatkan internet sekarang ini dalam cara-cara.
Pertama, kata mereka, basis Web3.0 bisa memberikan pembikin dan pemakai langkah untuk memonetisasi kegiatan dan kontributor mereka secara betul-betul tidak dilaksanakan oleh mega-platform sekarang ini.
Sekarang ini, misalkan, Facebook mendapatkan uang dengan menyatukan data pemakai dan jual iklan bertarget. Versus Web3.0 Facebook memungkinkan pemakai untuk memonetisasi data mereka sendiri, atau bahkan juga memperoleh panduan kripto dari pemakai lain untuk mempublikasikan content yang memikat.
Spotify Web3.0 memungkinkan fans untuk beli taruhan aktris yang populer, secara efisien jadi konsumen setia mereka dengan imbalan prosentase royalti streaming mereka. Uber Web3.0 bisa dipunyai oleh driver di jaringan.
baca juga artikel tentang : game fps terbaik
Matt Levine, kolumnis Bloomberg, menjelaskan seperti berikut: “Premis dasar Web3.0 ialah jika tiap produk secara bertepatan sebagai kesempatan investasi.”
Ke-2 , beberapa simpatisan memiliki pendapat, basis Web3.0 bisa ditata secara demokratis dengan tidak dilaksanakan oleh basis web2.
Raksasa internet seperti Facebook dan Twitter pada intinya ialah otokrasi. Mereka bisa lewat cara sepihak ambil nama pemakai, memblok account, atau mengganti ketentuan mereka sesenang hati.
Media sosial berbasiskan blockchain bisa mewakilkan keputusan itu ke pemakai, yang bisa memberi suara mengenai langkah mengatasinya.
Ke-3 , kata mereka, Web3.0 akan kurang tergantung pada mode usaha berbasiskan iklan dibanding web2, dan beberapa orang akan mempunyai semakin banyak privacy sebagai hasilnya, lebih sedikit pencari dan iklan bertarget yang ikuti mereka dan semakin sedikit perusahaan raksasa yang mengisap data personal mereka.
Sudah pasti, ini ialah versus Web3.0 yang paling visioner, mayoritas dibikin oleh beberapa orang yang mempunyai kebutuhan keuangan untuk merealisasikannya. Realitanya dapat berbeda jauh.
Apa contoh program Web3.0 yang ada sekarang ini?
Contoh yang kerap diambil ialah Axie Infinity, video games yang diperkembangkan oleh studio games Vietnam Sky Mavis, yang memakai NFT dan cryptocurrency berbasiskan Ethereum untuk memberikan penghargaan ke pemain dengan uang betulan untuk capai arah dalam games.
Di dalam permainan, pemain bisa megar biakkan watak yang disebutkan Axies, dan memakainya dalam pertarungan menantang pemain lain. Mereka dapat kumpulkan tanah virtual, berbentuk NFT, dan memperoleh tipe uang digital yang disebutkan Smooth Love Potion, atau SLP, yang bisa diperjualbelikan di bursa cryptocurrency. Dalam sebuah artikel tahun kemarin, penulis Casey Newton mengatakan Pokemon di blockchain.
Axie Infinity sudah menarik juta-an pemain, terhitung beberapa orang di Filipina yang cari nafkah penuh dari bermain games. Tapi keterikatan permainan pada token crypto membuat tidak konstan, dan pemain bisa kehilangan uang bila nilai token turun, sama seperti yang terjadi tahun kemarin.
Web3.0 terdengar seperti permainan judi
Ini, seperti. Tapi permainan judi ialah industri yang paling sukses! Dan beberapa orang Web3.0 akan memiliki pendapat jika Anda akan habiskan beberapa jam hari Anda bermain video games, Anda minimal harus mempunyai peluang untuk memperoleh bayaran karena itu.
Adakah program yang lain bisa menolong saya pahami hype Web3.0?
Ini tidak seseksi video games, tetapi saya selalu berpikiran jika Helium ialah contoh bagus dari project Web3.0 yang memperlihatkan apa yang membuat berlainan dari tehnologi yang tiba awalnya.
Helium pada intinya ialah jaringan nirkabel crowdsourced memiliki tenaga kripto. Beberapa orang bisa mendaftarkan untuk share bandwidth dari jaringan Wi-Fi rumah atau kantor mereka dengan jaringan Helium, memakai tipe piranti khusus yang disambungkan ke computer atau router mereka. Sebagai tukarnya, mereka dipandang dengan token Helium saat piranti paling dekat memakai bandwidth mereka.
Makin kerap hot spot mereka dipakai, makin bertambah token yang mereka peroleh. Jaringan Helium mempunyai lebih dari 500.000 hot spot aktif ini hari, banyak salah satunya memberikan daya pada piranti yang tersambung seperti meteran parkir dan skuter listrik.
Anda bisa membuat jaringan sama tanpa kripto dengan keluar dari pintu ke pintu, coba memberikan keyakinan orang untuk share sepotong bandwidth internet mereka dengan piranti paling dekat. Atau, bila Anda ialah perusahaan telekomunikasi besar seperti Verizon atau AT&T, Anda bisa habiskan miliaran dolar untuk membuat jaringan semacam itu sendiri.
Tapi Helium sanggup membuat jaringan tanpa ongkos awalan yang besar dengan memungkinkannya orang memperoleh token kripto untuk menambah lingkup baru ke jaringan, secara efisien memakai reputasi kripto untuk mengongkosi pembangunan suatu hal yang ingin dibuatnya.
Jadi sisi dari daya magnet Web3.0 ialah jika hal tersebut menggerakkan orang untuk lakukan beberapa hal yang kemungkinan tidak mereka kerjakan, seperti bermain video games atau share Wi-Fi sama orang asing?
Itu sisi dari itu. Tapi beberapa simpatisan Web3.0 memandang contoh semacam ini hanya permulaan.
Saat ini kita menelusuri jauh ke tanah teoretis, tapi sebagian orang yakin berpikiran jika Web3.0 menjadi tulang punggung warga baru yang dikasih token.
Web3.0 akan memuat instansi keuangan kami, hubungan sosial, identitas individu, dan banyak kembali pada waktu dekat, Lior Messika, seorang investor crypto, menjelaskan ke TechCrunch belakangan ini.
Antara fans Web3.0, ada beberapa perbincangan mengenai “identitas terdesentralisasi” ide jika, di masa datang, kita bisa mempunyai seperti score rekam jejak yang terbagi dalam perhitungan berbasiskan blockchain dari tugas yang sudah kita kerjakan, acara kami sudah mendatangi dan beberapa proyek kami sudah berperan.
Catatan-catatan ini pada intinya bisa menjadi catatan tetap dari kehidupan online kita, dan seseorang bisa menelusurinya untuk putuskan apa akan mengaryakan kita, mempercayai kita dengan satu pekerjaan atau bahkan juga mengencani kita.
Itu kedengar mengerikan. Tidakkah ada adegan “Cermin Hitam” mengenai ini?
Iya ada. Dan keabadian Web3.0, bersama dengan keterikatannya pada pasar crypto yang naik-turun, ialah sisi dari argumen kenapa misi Web3.0 yang semakin besar sudah mendapatkan banyak penampikan.
Penulis dan teknolog Robin Sloan, misalkan, menulis jika kekuatan untuk hapus suatu halĀ “operasi yang pada intinya berlawanan dengan Web3.0,” dalam ucapannya sebetulnya sebagai kualitas service internet yang diharapkan.
Stephen Diehl, seorang pemrogram computer dan pencela kripto yang terang-terangan, bahkan juga lebih jauh kembali, menyebutkan Web3.0 “pendanaan berlebihan dari semua kehadiran manusia.”
Kalimat yang kuat! Apa berkeberatan lain pada Web3.0?
Beberapa skeptis cuman yakin jika Web3.0 tidak logis dari sudut pandang tehnis. Mereka memperlihatkan jika blockchain secara berarti lebih lamban dan kurang sanggup dibanding database standard, dan jika blockchain terpopuler saat ini tidak bisa mulai tangani jumlah data yang dipakai Uber, Facebook, atau YouTube tiap hari.
Untuk membikin service Web3.0 bekerja sebagus keinginan customer, mereka memiliki pendapat, Anda harus membuat service terkonsentrasi di atasnya yang hendak menaklukkan semua arah.
Baca juga artikel tentang : Nasa dan SpaceX
Ada pula orang yang yakin jika Web3.0 ialah usaha oleh investor kaya untuk bayar lip servis desentralisasi sekalian membuat service terkonsentrasi baru yang mereka kontrol jadikan diri mereka mediator baru, pada intinya.
Apa itu yang diperjuangkan Jack Dorsey di Twitter?
Ya. Mr Dorsey bekas kepala eksekutif Twitter ialah fans berat Bitcoin, yang ia yakin akan gantikan dolar dan mengantar perdamaian dunia. Dan, seperti banyak fans Bitcoin, ia lebih skeptis pada cryptocurrency yang lain, terhitung Ethereum, blockchain yang jalankan mayoritas ekosistem Web3.0.
Dalam rangkaian tweet di bulan Desember, ia mengomentari Web3.0, menjelaskan jika itu “pada akhirannya ialah substansi terkonsentrasi dengan cap yang lain.” Ia ambil gambar di Andreessen Horowitz, sebuah perusahaan modal ventura populer yang banyak melakukan investasi dalam project Web3.0, menunjukkan jika misi mereka mengenai Web3.0 akan ambil kendalian dari tangan pemakai dan menempatkannya pada tangan investor kaya dan basis tehnologi terkonsentrasi.
Apa yang regulator ucapkan mengenai Web3.0?
Selama ini, sedikit, walau topik itu ada sepanjang sidang konferensi belakangan ini.
Tapi industri bisa alami halangan demikian regulator mulai memerhatikan dengan benar-benar. Satu permasalahan yang mempunyai potensi besar ialah jika token kripto yang penting untuk banyak program Web3.0 sekarang ini berada di zone abu-abu ketentuan di Amerika Serikat.
Beberapa regulator, terhitung Gary Gensler, kepala Komisi Sekuritas dan Bursa, memiliki pendapat jika banyak token ialah sekuritas yang tidak tercatat, dan jika basis yang tawarkan token harus runduk pada ketentuan yang serupa dengan perusahaan yang mengeluarkan saham dan obligasi.
Perusahaan Crypto melawan jika token harus diberlakukan sebagai tipe asset baru, tidak tercakup oleh undang-undang sekuritas yang ada. Tapi tidak terang apa mereka akan memenangi argument ini.
Apabila perusahaan rintisan Web3.0 A.S. disuruh untuk perlakukan token mereka sebagai sekuritas, banyak pada mereka kemungkinan harus tutup, mengganti produk mereka, atau berpindah ke negara lain.
Bagaimana Web3.0 berkaitan dengan metaverse, kata tehnologi memusingkan yang lain yang tidak bisa saya jauhi belakangan ini?
Metaverse, bila Anda sudah ikuti, ialah istilah yang kami pakai belakangan ini untuk dunia digital yang imersif di mana pemakai bisa bergaul, bermain games, mendatangi rapat, dan beraktivitas lain bersama.
Ini ialah misi yang digariskan Mark Zuckerberg saat ia umumkan jika Facebook mengganti namanya jadi Meta. Dan beberapa simpatisan kripto yakin jika Web3.0 ialah sisi penting dari metaverse, karenanya memungkinkan pembuatan metaverse yang tidak dikontrol oleh satu perusahaan atau ditata oleh satu set ketentuan.
Banyak object di metaverse dapat menjadi token kripto, bila keramaian Web3.0 mempunyai triknya sendiri. Avatar metaverse Anda kemungkinan NFT. Rumah metaverse Anda kemungkinan tiba dengan token tata urus atau membuat Anda penuhi persyaratan untuk tergabung dengan DAO lingkungan. Hipotek di dalam rumah itu bahkan bisa saja dibungkus jadi token keamanan yang disokong hipotek dan dipasarkan di bursa yang terdesentralisasi.
Tidak ada apa-apa. Sebenarnya, mayoritas ini murni teoretis, dan Anda punyai beberapa waktu untuk belajar bila itu berbuah hasil.
Untuk sekarang ini, kenalilah jika Web3.0 ialah kata yang hendak kerap Anda dengar dalam sekian tahun di depan karena beberapa orang berusaha untuk memperoleh pengalaman baru, basis, dan kesempatan mendapatkan uang yang mencoba dibuat oleh beberapa fans kripto.
“Melebihi Gelembung Bitcoin” Artikel Majalah New York Times dari tahun 2018 ini mengulas kasus untuk Web3.0 saat sebelum disebutkan “Web3.0” sebagai “langkah untuk kembali lagi ke akar internet.”
“Kesan-kesan Pertama Saya di Web3.0” Moxie Marlinspike, pembuat Sinyal dan ahli kriptografi populer, menyaksikan Web3.0 secara skeptis dan beberapa dasar teknisnya dalam posting website 2022 ini, mengaitkan jika “desentralisasi tersebut sebetulnya tidak langsung ringkas atau menekan. penting untuk mayoritas orang.”
“The Web3.0 Renaissance: A Golden Age for Konten” Dalam posting website tahun 2021 ini, Li Jin dan Katie Parrott jadikan Web3.0 sebagai karunia untuk seniman, musikus, dan pembuat media internet, dengan menjelaskan jika tehnologi seperti NFT dan DAO bisa buka kunci “Jaman Keemasan inovatif sejati.”
“Catatan mengenai Web3.0” Dalam esai ini, penulis Robin Sloan mengatakan dianya sebagai “lawan penuh Web3.0” karena hiperfinansialisasi dan batas teknisnya.