BAHAYA VAPE: GAYA HIDUP MODERN YANG MENGANCAM KESEHATAN GENERASI MUDA 2025

BAHAYA VAPE: GAYA HIDUP MODERN YANG MENGANCAM KESEHATAN GENERASI MUDA

E-cigarettes: Facts, stats and regulations

Beritaburung.news /JAKARTA 25 Juli 2025 – Vape, atau rokok elektrik, kini menjelma menjadi simbol gaya hidup modern di kalangan anak muda. Dengan kemasan menarik, beragam rasa menggoda, dan stigma yang lebih “aman” dari rokok konvensional, penggunaan Rokok elektrik kian menjamur. Namun, di balik kepulan uap manis yang terlihat elegan itu, tersembunyi bahaya serius bagi kesehatan yang perlahan mulai terkuak.

Tren yang Menyesatkan

Rokok elektrik pertama kali dipasarkan sebagai alternatif “lebih sehat” dibanding rokok. Bahkan beberapa produsen mengklaim vape dapat membantu perokok aktif berhenti merokok. Tapi riset dan bukti medis terbaru menunjukkan arah yang berbeda. Rokok elektrik justru mulai menjadi pintu gerbang bagi para remaja dan dewasa muda untuk mencoba nikotin — zat adiktif yang membuat ketergantungan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menegaskan bahwa Rokok elektrik bukanlah alat berhenti merokok yang efektif. Lebih jauh, beberapa penelitian dari lembaga kesehatan di Amerika Serikat, Inggris, dan Asia menyatakan bahwa pengguna Rokok elektrik justru memiliki peluang lebih tinggi untuk menjadi perokok aktif di kemudian hari.

Kandungan Berbahaya dalam Vape

Is it bad to Smoke Expired Vape Juice? – vapecave.ca

Banyak pengguna mengira Rokok elektrik hanya mengandung “air rasa” atau cairan tidak berbahaya. Faktanya, cairan vape (e-liquid) umumnya mengandung:

  • Nikotin: Zat adiktif yang dapat merusak otak remaja, meningkatkan detak jantung, dan memicu hipertensi.

  • Propilen glikol dan gliserin: Bahan kimia dasar cairan Rokok elektrik yang saat dipanaskan berubah menjadi zat beracun seperti formaldehida.

  • Aldehida, akrolein, dan benzena: Senyawa beracun yang dapat menyebabkan iritasi paru hingga kanker.

  • Partikel logam berat: Seperti nikel, timah, dan timbal dari elemen pemanas.

“Bahaya Rokok elektrik bukan hanya karena nikotin, tapi juga karena banyaknya zat kimia lain yang tidak diketahui oleh masyarakat luas,” kata dr. Lilis Kurniasari, spesialis paru dari RS Persahabatan Jakarta.

Kasus Cedera Paru Akibat Vape

Penyebab Paru-Paru Basah, Gejala, dan Cara Pencegahannya - Hot Liputan6.com

Di Amerika Serikat, muncul fenomena yang dikenal sebagai EVALI (E-cigarette or Vaping product use-Associated Lung Injury) — cedera paru akut yang dikaitkan dengan penggunaan Rokok elektrik. Ribuan kasus tercatat, sebagian besar melibatkan remaja dan dewasa muda. Di Indonesia sendiri, meski belum tercatat secara sistematis, beberapa rumah sakit sudah melaporkan peningkatan pasien muda dengan gangguan paru setelah rutin menggunakan Rokok elektrik.

Salah satunya, kasus Adi (19), mahasiswa di Bandung, yang dilarikan ke IGD dengan sesak napas dan batuk berdarah setelah 8 bulan menjadi pengguna aktif rokok elektrik. “Awalnya cuma batuk-batuk biasa. Tapi lama-lama susah napas. Ternyata paru saya rusak,” ungkap Adi, yang kini menjalani perawatan intensif.

Peredaran Vape di Indonesia: Minim Regulasi, Maksimal Risiko

Foto Artikel : Toko Vape Online Terbaik untuk Mencari Produk Pods Terbaik -  Kompasiana.com

Hingga saat ini, regulasi rokok elektrik di Indonesia masih tergolong longgar. Berbeda dengan rokok konvensional yang dikenai cukai tinggi dan iklan yang dibatasi, rokok elektrik masih bisa ditemukan dengan mudah di e-commerce dan toko-toko kecil. Iklan di media sosial pun kerap menyasar remaja, dengan gaya yang kekinian dan jargon “bebas bau”, “lebih sehat”, dan “lebih keren”.

“Masalahnya adalah banyak dari pengguna rokok elektrik adalah remaja usia sekolah. Ini alarm serius,” kata Kombes Pol. Bayu Ardi, dari Satgas Narkoba Bareskrim Polri. “Ada beberapa kasus di mana cairan rokok elektrik justru dicampur narkotika jenis sabu cair atau ganja sintetis.”

Fakta Terbaru dari Kemenkes RI

Kementerian Kesehatan RI baru-baru ini merilis hasil studi nasional tentang penggunaan rokok elektrik yang menunjukkan lonjakan pengguna aktif hingga 120% dalam dua tahun terakhir. Mayoritas pengguna berada di rentang usia 15–24 tahun. Dari riset yang sama, 1 dari 5 pengguna tidak tahu bahwa rokok elektrik mengandung nikotin.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan Kementerian Kominfo untuk mengawasi promosi rokok elektrikdi dunia digital. “Rokok elektrik bukan gaya hidup sehat. Kami tidak akan membiarkan generasi muda Indonesia menjadi korban uap berbahaya,” tegasnya.

Mitos vs Fakta Vape

Mitos Fakta Medis
Vape aman karena tidak dibakar Salah. Uapnya mengandung zat kimia berbahaya dan karsinogen
Vape tidak mengandung nikotin Salah. Mayoritas mengandung nikotin dalam jumlah tinggi
Vape membantu berhenti merokok Tidak terbukti secara klinis
Vape tidak menyebabkan ketagihan Salah. Nikotin justru membuat ketergantungan

Dampak Jangka Panjang Penggunaan Vape

  • Kerusakan paru-paru permanen

  • Gangguan jantung dan peredaran darah

  • Ketergantungan nikotin akut

  • Gangguan otak pada remaja (memengaruhi daya ingat dan kontrol emosi)

  • Risiko kanker saluran pernapasan

Apa Kata WHO?

WHO dalam laporan 2024 menyatakan bahwa penggunaan rokok elektrik meningkatkan risiko berbagai penyakit paru, jantung, dan neurologis, serta mendesak negara-negara untuk memperketat regulasi, termasuk larangan penjualan kepada anak di bawah umur dan pembatasan iklan yang menyesatkan.


FAQ – Bahaya Vape

1. Apakah vape lebih aman dari rokok biasa?
Tidak. rokok elektrik tetap mengandung nikotin dan zat kimia lain yang bisa merusak tubuh.

2. Apakah vape bisa bikin kecanduan?
Ya, karena kandungan nikotinnya bahkan bisa lebih tinggi dari rokok biasa.

3. Apakah ada vape yang benar-benar bebas nikotin?
Beberapa produk mengklaim bebas nikotin, namun tanpa pengawasan ketat, hal ini sulit diverifikasi.

4. Apakah vape bisa menyebabkan kanker?
Vape mengandung zat karsinogen (pemicu kanker) yang serupa dengan rokok konvensional.

5. Apakah remaja lebih rentan terhadap bahaya vape?
Benar. Otak remaja yang belum berkembang sempurna sangat rentan terhadap dampak buruk nikotin.


Kesimpulan

Penggunaan vape bukan sekadar tren gaya hidup, tapi kini menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat, terutama generasi muda. Promosi yang menyesatkan, minimnya edukasi, dan lemahnya regulasi membuat rokok elektrik menjalar luas di masyarakat.

Pemerintah perlu segera mengatur ketat peredaran Rokok elektrik, membatasi promosi, dan memperkuat edukasi di sekolah-sekolah. Rokok elektrik bukan solusi, melainkan masalah baru yang berbahaya. Dalam hal ini, masyarakat, orang tua, guru, hingga pemerintah memiliki peran penting untuk menyelamatkan generasi bangsa dari “uap berbahaya” yang terlihat modern namun penuh racun.