Fake Smile Dapat Buat Berbahagia Betulan? Ini Kenyataannya!

Fake Smile Dapat Buat Berbahagia Betulan? Ini Kenyataannya!

Beritaburung – Senyuman, bahasa universal yang memperlihatkan jika seorang sedang suka dan berbahagia. Tetapi, benarkah itu yang dirasa? Apa dibalik senyum itu ada beban atau duka cita yang diselinapkan?

Sering seorang memasangkan fake smile alias senyuman palsu untuk kelihatan berbahagia dan kuat walau realitanya sedang ringkih. Rupanya, study menjelaskan jika fake smile mempunyai imbas positif sendiri untuk keadaan suasana hati. Apakah benar? Coba, dech, baca artikel ini sekalian dengarkan lagu The Great Pretender yang ditampilkan oleh almarhum penyanyi Queen, Freddie Mercury.

Facial masukan hypothesis mengungkapkan jika air muka dapat mempengaruhi emosi. Termuat dalam jurnal Nature Human Behaviour tahun 2022, sebuah riset kombinasi cari tahu akan hal itu. Riset ini mengikutsertakan 3.878 simpatisan dari 19 negara dengan umur rerata 26 tahun.

Beberapa simpatisan kerjakan beragam pekerjaan saat sebelum isi Discrete Emotions Questionnaire (DEQ) untuk menghitung tingkat kebahagiaan mereka. Tingkat ini sekitar dari 1 (tidak berbahagia benar-benar) sampai 7 (benar-benar berbahagia). Disamping itu, beberapa simpatisan memberikan laporan tingkat kekhawatiran, amarah, kecapekan, sampai ketidaktahuan mereka.

Beberapa tugas yang dikasih ke simpatisan ialah:

Bolpoin di mulut: Simpatisan menggigit bolpon dengan gigi supaya kelihatan tersenyum atau mungkin dengan bibir supaya kelihatan netral.
Mimikri muka: Simpatisan mengikuti air muka yang berbahagia atau netral.
Air muka bebas: Simpatisan disuruh tersenyum atau memasangkan muka netral.
Beberapa periset meneliti tanggapan DEQ untuk mengukur apa tingkat kebahagiaan simpatisan berbeda saat memasangkan muka berbahagia atau muka netral. Disamping itu, mereka meneliti dampak gambar yang memiliki nuansa positif (gambar anjing dan kucing piaraan, bunga, atau pelangi) pada tingkat kebahagiaan pasien memakai DEQ.

Hasil: Senyuman bisa tingkatkan suasana hati

MOOD
Hasilnya, beberapa periset mendapati jika tingkat kebahagiaan simpatisan semakin tinggi saat diuraikan gambar positif dan sesudah memasangkan air muka berbahagia. Walau demikian, memasangkan muka berbahagia saat terkena beberapa gambar memiliki nuansa positif tidak berpengaruh berarti pada hati berbahagia.

Beberapa periset menulis jika gestur berbahagia tidak turunkan hati geram atau kekhawatiran. Lucunya, simpatisan malah memberikan laporan tingkat amarah dan kekhawatiran tinggi saat kerjakan pekerjaan bolpoin di mulut (dalam kata lain, dipaksakan tersenyum).

Pimpinan riset dari Stanford University, Dr. Nicholas A. Coles, menerangkan jika dia lakukan riset pada Mei 2022 dengan data Many Smiles Collaboration untuk menyaksikan dampak tersenyum dan cemberut. Hasilnya, memang senyuman tingkatkan kebahagiaan dan cemberut tingkatkan amarah.

“Meluaskan jumlah air muka, riset ini memperlihatkan jika dampak itu bukan sekedar dampak plasebo,” tutur Dr. Coles, diambil Medical News Today.

Kenapa fake smile dapat tingkatkan suasana hati?

Psikis health counselor IDN Times, Hoshael Waluyo Erlan, menyongsong study itu. Sementara facial masukan hypothesis kerap dicermati, dunia belum meneliti selanjutnya apa memang air muka tentukan emosi manusia, seperti suka karena tersenyum dan bersedih atau geram karena cemberut.

“Air muka kita punyai imbas pada emosi kita keseluruhannya,” kata Hoshael ke IDN Times.

Dikutip Medical News Today, Dr. Nicholas menerangkan jika ada dua teori polemis kenapa fake smile dapat membuat kita lebih berbahagia, yakni:

Facial masukan aktifkan sisi otak yang mengakibatkan tanggapan emosi di semua badan.
Sensorimotor masukan dari muka menyaratkan otak untuk membuat hati . Maka, operan balik sensorimotor dari senyuman ialah berbahagia di otak, sementara cemberut ialah hati negatif di otak.

Berdasarkan dari keperluan dasar manusia?

Fake smile
Hoshael menjelaskan jika ada beberapa pemicu kenapa seorang memanipulasi senyum. Satu diantaranya ialah keperluan dasar manusia untuk diterima oleh lingkungannya. Untuk maksud itu, senyuman ialah gestur paling sederhana dan umum yang normatif dan kelompok diterima oleh umat manusia, lepas dari kultur dan keadaan.

Dia meneruskan, saat seorang memasangkan senyuman palsu, karena itu hal yang kelihatan ialah orang itu baik saja. Hasilnya, tidak bakal ada beberapa pertanyaan yang malah memperkeruhkan kondisi hati atau membuat tidak nyaman karena harus buka diri.

“Fake smile bisa saja penyelamat… untuk argumen itu,” tambah Hoshael.

Untuk banyak orang, adalah lebih gampang untuk menyanggah emosi sendiri. Maka dari itu, Hoshael berkata jika fake smile ialah proses yang unik karena tidak cuma “menipu” seseorang, yang melakukan juga sedang “menipu” diri kita.