Mahasiswi Pertamina buat pengembangan dongkel produksi migas sumur tua

Mahasiswi Pertamina buat pengembangan dongkel produksi migas sumur tua

Beritaburung – Mahasiswi Program Study Tehnik Perminyakan Kampus Pertamina, Fransisca Cantik Permatasari membuat pengembangan untuk mengangkat produksi minyak bumi dari sumur tua lewat sistem katrol pasir.

“Riset ini saya kerjakan secara ambil data di Block Mahakam,” katanya dalam info di Jakarta, Kamis.

Sekarang ini, Kalimantan Timur sebagai salah satunya wilayah pemroduksi minyak bumi paling besar di Indonesia sudah alami pengurangan jumlah cadangan minyak bumi.

Mahasiswi

Tubuh Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur menulis jumlah produksi minyak bumi di wilayah itu semakin menurun tiap tahun, dari tahun 2019 sejumlah 21 juta barel sampai tahun 2021 sejumlah 17 juta barel.

Fransisca ( Mahasiswi pertamina ) menerangkan keadaan Block Mahakam di Kalimantan Timur sekarang ini banyak memiliki sumur yang cukup tua, hingga produksi minyak bumi ada pada reservoir yang kedalamannya makin dangkal.

Menurut dia, bila aktivitas produksi dilaksanakan pada reservoir yang dangkal dicemaskan bukan memperoleh minyak bumi, tapi pasir. Pengembangan lewat sistem katrol pasir yang dia buat sanggup meredam pasir agar tidak turut terbawa sepanjang proses eksplorasi.

“Langkah kerjanya dengan memakai water-based resin. Resin itu berperan seperti lem yang bisa mengikat dan meredam pasir dan bebatuan di dasar sumur,” kata Fransisca selaku mahasiswi.

Pengembangan resin berbasiskan air yang dijajakan Fransisca sekalian jadi jalan keluar untuk lakukan eksplorasi migas dengan ongkos yang lebih dapat dijangkau.

Dalam papernya yang dengan judul “Evaluation of Tight Injectivity For Sand Consolidation Treatment: A Studi Case in Mahakam” disebut, minimal pengembangan produksi dengan sistem water-based resin bisa tekan ongkos sampai 20 % lebih rendah dibanding sistem konservatif (solvent-based resin).

“Bila memakai sistem solvent-based resin diperlukan 81,17 barel untuk produksinya. Dan sistem water-based resin 20 % lebih rendah, yakni cuma 64,08 barel. Maknanya, ongkos yang diperlukan semakin lebih rendah,” katanya.

Mahasiswi ini menjelaskan jika keuntungan pemakaian water-based resin yang lain ialah semakin aman untuk diinjeksikan ke sumur. Karena memakai bahan kimia yang semakin sedikit, tingkat viskositas resin berbasiskan air jadi lebih rendah. Ini bisa kurangi penekanan yang diperlukan di proses injeksi resin ke sumur, hingga proses eksplorasi migas jadi lebih aman.

Sepanjang satu dasawarsa paling akhir, cadangan minyak Indonesia terus alami pengurangan cukup berarti.

Pada 2011, cadangan minyak nasional terdaftar masih ada pada angka 7,73 miliar barel. Pada 2021, cadangan minyak bumi Indonesia cuma sekitar 3,95 miliar barel dalam jumlah cadangan bisa dibuktikan sejumlah 2,25 miliar barel dan 1,7 miliar barel cadangan prospektif.

Lewat risetnya itu, Fransisca raih penghargaan Best Oral Presentation pada persaingan The 46th IPA Convention and Exhibition kelompok Student Paper pada September 2022.

Dalam persaingan Student Paper, dia sebagai wakil Kampus Pertamina bersama dengan 9 perguruan tinggi dipilih yang lain berpeluang merepresentasikan risetnya di gelaran IPA Convention and Exhibition itu.