Presiden Rusia Vladimir Putin Tidak Memperdulikan Hukum

Presiden Rusia Vladimir Putin Tidak Memperdulikan Hukum

Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahi kedaulatan tetangganya dan buang ide hukum internasional ke luar jendela.

Presiden Rusia Vladimir Putin Tidak Memperdulikan Hukum

Takut pada satu organisasi, NATO, Putin meremehkan beberapa prinsip organisasi lain, Federasi Bangsa-Bangsa, dan kesepakatan yang dikenali sebagai Memorandum Budapest, yang diberi tanda tangan oleh Rusia dan secara eksklusif ditujukan membuat perlindungan Ukraina dari agresi.

Apa Putin menyalahi hukum internasional?

Saya ajukan pertanyaan simpel ke Ryan Goodman, seorang profesor hukum di New York University dan co-editor-in-chief Just Security, sebuah komunitas online.

Berikut yang ia catat dalam e-mail:

Rusia dengan berani menyalahi ketetapan pokok Piagam PBB dengan serang negara anggota lain.

Perlakuan Putin ialah contoh buku text dari kejahatan invasi, yang dipandang seperti kejahatan internasional paling tinggi oleh Pengadilan Nuremberg sesudah Perang Dunia II.

Presiden Rusia Vladimir Putin Tidak Memperdulikan Hukum

Bagaimana dengan PBB?

Dibuat sesudah Perang Dunia II di tahun 1945 untuk menahan perang di masa datang, Dewan Keamanan PBB meliputi lima anggota masih tetap yang disebut kemampuan khusus dunia: AS, Cina, Prancis, Inggris, dan Rusia. Anggota yang lain diputuskan oleh Majelis Umum secara bergilir untuk periode kedudukan 2 tahun. Arah khusus Dewan Keamanan untuk “jaga perdamaian dan keamanan internasional.”

Tidak ada negara yang semestinya serang negara lain tanpa ijin dari Dewan Keamanan. Terang itu tidak ada di sini, walau Rusia usaha benarkan jalannya di Ukraina dengan beberapa dakwaan, yang semua diprediksikan AS awalnya dan disebutkan salah.

Rusia pimpin Dewan Keamanan

Benar-benar ironi yang aneh jika pada sekarang ini saat berperang menantang tetangga, Rusia memegang sebagai presiden Dewan Keamanan PBB.

Ini permasalahan kebenaran, karena kepresidenan dirotasi tiap bulan.

Tetapi status Rusia sebagai anggota masih tetap Dewan Keamanan PBB dengan hak veto atas semua perlakuan substantif memiliki arti tidak ada ancaman pada Rusia dari PBB, walau beberapa negara anggota sudah jatuhkan hukumannya sendiri.

Memang, Rusia memveto perancangan resolusi menyumpah agresi ke Ukraina Jumat malam. Sebelas negara memberikan dukungan resolusi itu, dan tiga negara — China, India, dan Uni Emirat Arab — abstain.

Titik rendah

Saya menanyakan ke Richard Roth dari CNN, yang sudah mengulas PBB sepanjang beberapa dasawarsa, bagaimana agresi oleh Rusia di saat dia jadi presiden Dewan Keamanan akan mengetes organisasi itu.

“Salah satunya rasa malu paling besar di PBB dalam tiga puluh tahun saya terus memerhatikan tempat itu,” ialah bagaimana ia memvisualisasikan beragam hal dalam e-mail.

Presiden Rusia Vladimir Putin Tidak Memperdulikan Hukum

Ada pergerakan untuk mengganti ketentuan.

Roth memperlihatkan jika Prancis, anggota masih tetap Dewan Keamanan yang lain, sudah berkampanye, tanpa hasil, untuk memperoleh semakin sedikit suara dari anggota masih tetap.

Duta Besar Ukraina untuk PBB, pada tatap muka genting yang mencekam di hari Rabu, minta Rusia untuk melepas peranannya sebagai presiden Dewan Keamanan.

“Saya betul-betul berpikiran ini pukulan besar untuk PBB,” kata Roth. “Sekretaris Jenderal menjelaskan ini ialah peristiwa paling rendahnya dalam kerjanya. Mereka melangsungkan semua sesion ‘diplomasi pencegahan’ dan retret dan diskusi… dan tank Rusia menubruk piagam PBB yang bernilai.”

Ada contoh awalnya pasukan AS dan NATO masuk negara lain, di Libya dan Serbia.

Tetapi ada ketidaksamaan khusus, kata Roth. “Dalam beberapa kasus itu (ada) kejahatan perang untuk benarkan perlakuan itu, yang membuat geram Rusia. Di sini Ukraina ialah negara yang damai.”

Apa yang dapat dilaksanakan di PBB tanpa Dewan Keamanan?

Goodman menjelaskan beberapa negara anggota bisa ke Majelis Umum PBB penuh untuk menyumpah Rusia.

Ia memiliki pendapat jika ancaman dan isolasi dari tiap-tiap negara bisa sukses.

“Memboikot budaya dan isolasi diplomatik Rusia kemungkinan jalan jauh sama seperti yang mereka kerjakan secara apartheid Afrika Selatan untuk bawa peralihan yang dibutuhkan,” kata Goodman.

Bagaimana dengan NATO?

4 tahun sesudah pembangunan PBB, Kesepakatan Pertahanan Atlantik Utara dibuat.

NATO secara eksklusif diadakan sebagai pengimbang Uni Soviet. Tapi sesudah Uni Soviet jatuh di tahun 1991, beberapa sisa republik Soviet tergabung dengan NATO. Karena ia berasa jika NATO sedang tekan Rusia, karena itu Putin berpindah ke Ukraina.

Pasal 5 pelindungan. Ialah satu perihal untuk Putin untuk menginvasi Ukraina, yang bukan sisi dari NATO. Bisa menjadi suatu hal yang serupa sekali berlainan untuknya untuk bergerak menantang anggota NATO yang lebih kecil, seperti beberapa negara Baltik seperti Estonia, Latvia, dan Lithuania.

Itu akan memacu Pasal 5 piagam NATO, yang memutuskan jika gempuran pada satu anggota ialah gempuran pada mereka semua. AS, Prancis, Jerman, dan Inggris, bersama dengan 30 anggota koalisi NATO yang lain, akan disuruh untuk menyikapi.

Pasal 5 cuman diundang sekali, oleh AS sesudah terserang oleh teroris pada 11 September 2001. Itu ialah koalisi NATO yang masuk ke Afghanistan.

Sementara Presiden Joe Biden benar-benar memberikan dukungan piagam NATO, bekas Presiden Donald Trump dengan teratur menanyakannya, sebelumnya terakhir memperjelasnya

Ia menulis jika Pasal 5 melebihi ide agresi dan sudah menolong perkuat pertahanan Turki di sejauh perbatasannya dengan Suriah, dan menambah pasukan di Estonia, Latvia, Lithuania, dan Polandia sesudah aneksasi Krimea oleh Rusia di tahun 2014.

NATO turut serta dalam apa yang disebutkan visi penjaga perdamaian, seperti yang berjalan di Kosovo, dan aktivitas training dan support disekitaran Mediterania dan di Afrika.

Pelanggaran Putin yang paling Kelihatan

Putin nampaknya memberikan ancaman negara mana saja yang ikut serta dengan agresinya, otomatis mengarah pada senjata nuklir Rusia.

“Siapa saja yang coba mengusik kami, dan ditambah lagi, untuk membuat teror untuk negara kami, untuk rakyat kami, harus tahu jika respon Rusia akan selekasnya dan akan bawa Anda ke resiko yang belum pernah Anda rasakan dalam riwayat Anda,” Putin kata tidak membahagiakan minggu ini, saat ia umumkan gempuran ke Ukraina.

Baru saja berlalu, Ukraina mempunyai senjata nuklir. Kenyataannya, sebagai sisa republik Soviet, dia mempunyai persenjataan nuklir paling besar ke-3 di dunia. Sesudah jatuhnya Uni Soviet, di tahun 1994 sebagai sisi dari usaha nonproliferasi, dia tanda-tangani Memorandum Budapest. Berdasar kesepakatan itu, Ukraina terima jika mereka akan lakukan denuklirisasi dengan imbalan ganti rugi dari AS dan Rusia, dan untuk agunan keamanan dari AS, Inggris, dan Rusia jika kedaulatannya akan diproteksi.

Kesepakatan itu menggerakkan Ukraina ke arah Kesepakatan Nonproliferasi.

Penjuru dunia dan ketentuannya

Karena hanya Putin memutuskan untuk meremehkan hukum internasional dan kesepakatan negaranya sendiri tak berarti hukum internasional telah mati.

Profesor hukum Kampus Yale Oona Hathaway dan Scott Shapiro berpendapat dalam sebuah posting untuk Just Security and Lawfare jika respon internasional pada Rusia ialah bukti jika mekanisme sedang usaha untuk bekerja, karena beberapa negara sudah menyikapi invasi Putin dengan hujatan dan perlakuan.

Apa yang terjadi seterusnya, dan di beberapa tahun kedepan, akan tentukan masa datang hukum internasional, mereka menulis: “Gagasan harus dibikin saat ini untuk menjadikan satu koalisi sepanjang dibutuhkan—selama sekian tahun, dan kemungkinan beberapa puluh tahun.”

Ini dapat menjadi satu diantara argumen Biden sudah meredam beberapa ancaman sebagai cadangan dan waspada tidak untuk mengomentari Eropa karena tidak bergerak sekencang yang diharapkan oleh beberapa anggota parlemen Amerika.

Antara gagasan yang dianjurkan Hathaway dan Shapiro ialah langkah untuk hapus dampak Rusia atas Eropa dan membuat perlindungan beberapa negara yang lebih kecil, seperti beberapa negara di Baltik yang bukan anggota NATO dan saat ini takut Rusia bisa bergerak menantang mereka seterusnya.