Gaza Tidak Lagi Alami Kelaparan, Namun Krisis Pangan Tetap Mengancam 1,6 Juta Orang di Tengah Situasi Kemanusiaan yang Rapuh 2025
Gaza Tidak Lagi Alami Kelaparan, Namun Krisis Pangan Tetap Mengancam 1,6 Juta Orang di Tengah Situasi Kemanusiaan yang Rapuh
BeritaBurung — Situasi pangan di Jalur Gaza tetap menjadi salah satu krisis kemanusiaan paling mendesak di dunia meskipun laporan terbaru menyebutkan wilayah ini tidak lagi diklasifikasikan sebagai kelaparan. Peningkatan bantuan makanan pasca gencatan senjata pada Oktober 2025 telah memperbaiki akses pangan di sejumlah wilayah. Namun, kondisi tersebut masih sangat rapuh karena jutaan warga tetap menghadapi ketidakamanan pangan akut, risiko malnutrisi, serta potensi kembali ke fase kelaparan jika dukungan internasional melemah.
Perubahan Status Kelaparan dan Fakta Terkini di Gaza
:quality(65)/https://asset.kgnewsroom.com/photo/pre/2024/02/02/1d29f699-8807-4980-b84f-66a30cd302c4_jpg.jpg)
Laporan pemantauan ketahanan pangan internasional per 19 Desember 2025 menyatakan bahwa Gaza tidak lagi berada dalam kategori kelaparan ekstrem. Status ini menandai penurunan dari fase kelaparan paling parah setelah jalur distribusi bantuan kemanusiaan kembali dibuka secara terbatas.
Meskipun demikian, wilayah Gaza masih berada dalam kondisi darurat pangan. Sebagian besar rumah tangga tetap mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan makan harian secara konsisten. Penurunan angka kelaparan tidak serta-merta mencerminkan stabilitas, karena sistem pangan lokal masih belum pulih sepenuhnya.
Data lapangan menunjukkan bahwa lebih dari seratus ribu warga masih berada dalam kondisi ekstrem. Tanpa aliran bantuan yang stabil dan aman, risiko memburuknya kembali situasi pangan dinilai sangat tinggi dalam waktu singkat.
Penyebab Krisis Pangan di Gaza

Krisis pangan di Gaza merupakan hasil dari akumulasi masalah struktural dan dinamika konflik berkepanjangan. Beberapa faktor utama berikut berperan besar dalam memperparah kondisi tersebut.
Blokade dan Hambatan Akses Bantuan
Pembatasan pergerakan barang dan bantuan kemanusiaan menyebabkan distribusi pangan tidak merata. Keterlambatan logistik dan pembatasan jalur masuk membuat pasokan makanan sering kali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang padat.
Kerusakan Infrastruktur Produksi Pangan
Konflik berkepanjangan telah merusak lahan pertanian, gudang penyimpanan, dan fasilitas distribusi pangan. Akibatnya, Gaza sangat bergantung pada pasokan dari luar wilayah dan kehilangan kapasitas produksi mandiri.
Gangguan Ekonomi dan Tingginya Harga Pangan
Perekonomian lokal mengalami tekanan berat. Tingkat pengangguran tinggi dan daya beli masyarakat melemah, sehingga banyak keluarga tidak mampu membeli makanan meskipun tersedia di pasar.
Musim Dingin dan Faktor Lingkungan
Cuaca ekstrem dan musim dingin memperburuk kondisi kehidupan warga yang tinggal di tempat penampungan sementara. Kebutuhan energi, air bersih, dan makanan meningkat bersamaan, sementara sumber daya sangat terbatas.
Dampak Krisis Pangan terhadap Kehidupan Warga Gaza

Kesehatan dan Malnutrisi
Tingkat malnutrisi akut masih tinggi, terutama pada anak-anak dan perempuan hamil. Kekurangan gizi dalam jangka panjang meningkatkan risiko gangguan kesehatan permanen dan menurunkan kualitas hidup generasi mendatang.
Ketergantungan pada Bantuan Eksternal
Sebagian besar penduduk Gaza kini sepenuhnya bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup. Ketergantungan ini mencerminkan rapuhnya sistem pangan dan ekonomi lokal.
Dampak Psikologis dan Sosial
Ketidakpastian pangan berkepanjangan menimbulkan tekanan mental yang serius. Anak-anak tumbuh dalam lingkungan penuh kecemasan, sementara keluarga hidup dengan ketakutan akan kekurangan makanan setiap harinya.
Langkah Mendesak yang Dibutuhkan
Organisasi kemanusiaan menekankan bahwa perbaikan status kelaparan tidak boleh dijadikan alasan untuk mengurangi bantuan. Beberapa langkah mendesak yang perlu dilakukan meliputi memastikan akses bantuan tanpa hambatan, memperkuat distribusi pangan bagi kelompok rentan, serta memulai pemulihan bertahap infrastruktur produksi lokal.
Koordinasi antara lembaga internasional, otoritas setempat, dan komunitas global sangat penting untuk menjaga keberlanjutan perbaikan yang telah dicapai.
FAQ Seputar Situasi Pangan di Gaza
Apakah Gaza benar-benar bebas dari kelaparan?
Secara klasifikasi, Gaza tidak lagi berada dalam fase kelaparan ekstrem. Namun, kondisi darurat pangan masih berlangsung dan dapat memburuk jika bantuan terhenti.
Berapa jumlah warga yang masih terdampak krisis pangan?
Sekitar 1,6 juta penduduk masih mengalami ketidakamanan pangan akut dan bergantung pada bantuan untuk kebutuhan dasar.
Apa ancaman terbesar ke depan?
Gangguan distribusi bantuan, eskalasi konflik, serta cuaca ekstrem menjadi ancaman utama yang dapat memicu krisis kembali memburuk.
Apakah solusi jangka panjang memungkinkan?
Solusi jangka panjang hanya dapat dicapai melalui stabilitas keamanan, pemulihan ekonomi, dan pembangunan kembali sistem pangan lokal.
Kesimpulan: Perbaikan yang Rapuh dan Tantangan Besar ke Depan
Meskipun Gaza tidak lagi diklasifikasikan sebagai wilayah kelaparan, krisis pangan masih membayangi jutaan warganya. Kondisi ini menunjukkan bahwa perbaikan yang ada bersifat rapuh dan sangat bergantung pada dukungan berkelanjutan. Keberlangsungan bantuan, pemulihan infrastruktur, serta perhatian dunia internasional menjadi kunci untuk mencegah tragedi kemanusiaan yang lebih besar di masa depan.
