Wajib Diketahui 8 Jenis Narkotika dan Asal Usulnya

8 Jenis Narkotika dan Asal Usulnya: Ancaman Global dari Masa ke Masa

NAPZA - Prodia OHI

Beritaburung.news / 8 Juli 2025  Jenis Narkotika, Narkotika atau yang sering disebut dengan istilah “narkoba”, telah menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan dan ketertiban masyarakat di seluruh dunia. Istilah ini tidak hanya merujuk pada zat yang menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis, tetapi juga mencakup senyawa-senyawa yang secara historis berasal dari ritual keagamaan, obat tradisional, hingga eksperimen kimia modern. Dalam artikel ini, kita akan membahas 8 jenis narkotika yang paling dikenal, asal usulnya, dan bagaimana zat-zat ini berkembang dari masa ke masa hingga menjadi ancaman yang kompleks di era modern.


1. Heroin: Warisan Perang dan Medis yang Berbalik Arah

What Does Heroin Look Like? How to Identify It

Asal Usul:
Jenis Narkotika Heroin berasal dari morfin, senyawa alami yang diekstrak dari tanaman opium poppy (Papaver somniferum). Diciptakan pada tahun 1874 oleh C.R. Alder Wright di Inggris, heroin awalnya digunakan secara medis untuk mengobati batuk kronis dan nyeri akut.

Perkembangan:
Perusahaan Bayer di Jerman memasarkan heroin sebagai obat mujarab pada akhir abad ke-19. Namun, tak lama kemudian efek adiktifnya terungkap. Heroin lalu dilarang di banyak negara dan kini diklasifikasikan sebagai narkotika golongan I—yang berarti tidak memiliki manfaat medis yang diakui dan sangat berpotensi disalahgunakan.

Efek:
Heroin menimbulkan rasa euforia dan ketenangan, tetapi cepat menimbulkan toleransi dan ketergantungan. Overdosis heroin sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kematian karena penekanan sistem pernapasan.


2. Kokain: Warisan dari Andes hingga Dunia Modern

NARKOBA / NAPZA - Rumah Sakit Universitas Udayana

Asal Usul:
Kokain berasal dari daun tanaman coca (Erythroxylum coca) yang tumbuh di wilayah Andes, Amerika Selatan. Suku Inca telah lama mengunyah daun coca untuk mengurangi rasa lelah dan lapar.

Perkembangan:
Pada akhir abad ke-19, kokain diekstraksi secara kimia dan digunakan dalam berbagai produk, termasuk minuman terkenal Coca-Cola. Namun, efek adiktif dan neurotoksiknya kemudian membuat kokain dilarang secara global.

Efek:
Kokain meningkatkan kadar dopamin di otak, memicu rasa percaya diri, energi berlebih, dan euforia. Namun, penggunaan jangka panjang bisa mengganggu sistem kardiovaskular dan saraf pusat.


3. Ganja (Cannabis): Antara Obat Tradisional dan Legalitas Modern

Marijuana: MedlinePlus

Asal Usul:
Ganja telah digunakan sejak ribuan tahun lalu di India, Timur Tengah, dan Tiongkok sebagai obat, alat ritual, dan serat tekstil. Tumbuhan ini mengandung zat aktif tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD).

Perkembangan:
Pada abad ke-20, ganja dikriminalisasi di banyak negara, termasuk Indonesia. Namun, dalam dua dekade terakhir, beberapa negara mulai melegalkan ganja untuk penggunaan medis dan rekreasional berdasarkan penelitian manfaat CBD dalam meredakan nyeri dan kejang.

Efek:
Ganja bisa menyebabkan euforia, relaksasi, tapi juga gangguan memori, persepsi waktu, dan motivasi. Ketergantungan psikologis mungkin terjadi meskipun tidak sekuat narkotika lain.


4. LSD (Lysergic Acid Diethylamide): Zat Halusinogen dari Dunia Mikroskopis

Candy Flipping: MDMA & LSD Effects, Risks, and Safety Guide - Illinois Recovery Center

Asal Usul:
LSD ditemukan pada tahun 1938 oleh Albert Hofmann, ahli kimia dari Swiss, yang meneliti ergot—a jamur yang tumbuh di biji-bijian gandum.

Perkembangan:
Pada 1950-an hingga 60-an, LSD digunakan dalam terapi kejiwaan dan menjadi simbol gerakan kontra-budaya Hippie. Pemerintah akhirnya melarangnya karena efek halusinogeniknya yang kuat dan potensial membahayakan.

Efek:
LSD memicu distorsi visual, persepsi waktu yang melambat, dan pengalaman spiritual intens. Meski tidak menyebabkan ketergantungan fisik, efek jangka panjang bisa termasuk gangguan psikotik atau “flashback”.


5. Metamfetamin (Sabu-sabu): Obat Perang yang Menjadi Momok Dunia

Bisa Timbulkan Kecanduan, Ini Efek Sabu pada Tubuh

Asal Usul:
Metamfetamin pertama kali disintesis di Jepang pada 1893 oleh Nagai Nagayoshi. Pada Perang Dunia II, tentara Jerman dan Jepang menggunakannya untuk meningkatkan stamina dan kewaspadaan.

Perkembangan:
Kini, sabu-sabu disalahgunakan secara luas di Asia Tenggara dan Amerika. Produksinya sering dilakukan di laboratorium ilegal dengan bahan kimia berbahaya.

Efek:
Sabu memicu energi berlebihan, penurunan nafsu makan, dan euforia intens. Namun, efek sampingnya termasuk insomnia parah, paranoia, gigi rusak (“meth mouth”), dan kerusakan otak.


6. Ekstasi (MDMA): Antara Cinta dan Bahaya

IDI: 4 Syarat Menggunakan Obat Psikotropika - Health Liputan6.com

Asal Usul:
MDMA pertama kali disintesis oleh Merck pada awal abad ke-20, tapi mulai dikenal pada 1970-an sebagai “obat pesta” karena efek euforia dan empatinya.

Perkembangan:
Digunakan di klub malam dan festival musik, ekstasi sempat dipertimbangkan untuk terapi PTSD sebelum akhirnya dilarang karena risiko kesehatan dan penyalahgunaan.

Efek:
Ekstasi menimbulkan rasa senang, penuh cinta, dan peningkatan sentuhan sosial. Namun, penggunaannya bisa mengganggu sistem saraf pusat, menyebabkan dehidrasi, hipertermia, dan kerusakan otak.


7. Psilosibin: Jamur Ajaib dari Tradisi Suku Kuno

How 'Magic Mushrooms' Could Help Parkinson's Disease Patients | UC San Francisco

Asal Usul:
Jamur psilosibin telah digunakan oleh suku Aztec dan Maya dalam ritual spiritual. Kandungan psilosibin yang ada di dalam jamur ini memiliki efek halusinogen yang kuat.

Perkembangan:
Pada 1950-an, psilosibin mulai dipelajari oleh ilmuwan Barat. Kini, riset modern mulai melihat potensi psilosibin untuk terapi depresi dan kecemasan dalam dosis terkontrol.

Efek:
Menciptakan pengalaman mistik, perubahan persepsi, dan introspeksi mendalam. Namun, jika digunakan sembarangan bisa menyebabkan kecemasan ekstrem dan halusinasi yang tidak terkendali.


8. Ketamin: Obat Bius yang Menyimpang

Ketamin: Fungsi, Efek Samping, Dosis, dll - DokterSehat

Asal Usul:
Ketamin dikembangkan pada 1960-an sebagai anestesi untuk manusia dan hewan. Dalam dunia medis, zat ini masih digunakan untuk bedah dan pengobatan nyeri.

Perkembangan:
Penggunaan ilegal ketamin berkembang di lingkungan klub malam. Efek disosiatifnya membuat pengguna merasa terlepas dari tubuh dan realitas.

Efek:
Dalam dosis rendah, ketamin memberikan efek relaksasi dan disosiasi. Dosis tinggi bisa menimbulkan koma, halusinasi, bahkan efek jangka panjang berupa kerusakan kandung kemih.


Analisis dan Informasi Terbaru

Dalam dua dekade terakhir, pendekatan terhadap pengendalian jenis narkotika mulai bergeser. Beberapa negara seperti Portugal memilih pendekatan dekriminalisasi untuk pengguna, fokus pada rehabilitasi daripada hukuman. Di sisi lain, inovasi dalam pengobatan mental justru mulai menilai ulang manfaat terapeutik dari beberapa zat yang dulu ditakuti.

Contohnya:

  • Psilosibin dan ketamin kini diuji coba untuk pengobatan depresi berat.

  • CBD dari ganja sudah legal di banyak negara untuk terapi epilepsi.

Namun, peredaran ilegal dan penyalahgunaan tetap menjadi ancaman besar, terutama karena adanya jenis sintetis baru seperti “flakka” dan “spice” yang tidak tercantum dalam peraturan lama.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apakah semua narkotika berasal dari tanaman?
Tidak. Beberapa jenis narkotika berasal dari tanaman seperti ganja dan opium, namun banyak juga yang berasal dari sintesis kimia di laboratorium seperti sabu-sabu, LSD, dan ekstasi.

2. Mengapa seseorang bisa kecanduan narkotika?
Narkotika mempengaruhi sistem dopamin di otak, yang mengatur rasa senang. Penggunaan berulang menciptakan ketergantungan karena otak terbiasa dengan stimulasi buatan.

3. Apakah ada jenis narkotika yang legal?
Ya, dalam konteks medis, beberapa seperti morfin, ketamin, dan bahkan ganja (di negara tertentu) digunakan dengan pengawasan ketat.

4. Apa hukuman bagi pengguna narkotika di Indonesia?
Pengguna bisa dikenai hukuman penjara atau rehabilitasi, tergantung pada jumlah yang dimiliki dan hasil asesmen medis.

5. Apakah narkotika bisa disembuhkan?
Kecanduan narkotika dapat diatasi melalui terapi psikologis, rehabilitasi medis, dan dukungan keluarga. Namun, prosesnya panjang dan butuh ketekunan.


Kesimpulan

Delapan jenis narkotika yang dibahas di atas menunjukkan bahwa zat-zat ini tidak hanya berbahaya tetapi juga memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang kompleks. Dari penggunaan ritual, pengobatan, hingga rekreasi, narkotika memiliki sisi ganda: manfaat dan bahaya. Sayangnya, penyalahgunaan terus menjadi masalah serius di masyarakat modern. Pemahaman mendalam terhadap asal usul dan dampak dari setiap jenis dapat membantu kita merumuskan pendekatan yang lebih efektif—baik dalam penanggulangan, edukasi, maupun rehabilitasi.

Penting bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk menyadari bahwa di balik efek sesaat narkotika, tersembunyi potensi kehancuran jangka panjang bagi tubuh, pikiran, dan masa depan. Edukasi adalah senjata pertama dalam melawan penyalahgunaan narkotika.