7 Peninggalan Sejarah Belanda yang Masih Bertahan di Sumatera Barat
7 Peninggalan Sejarah BelandAa yang Masih Bertahan di Sumatera Barat
- BERITA BURUNG Di balik pesona alamnya yang menawan, Sumatera Barat juga menyimpan kisah masa lalu yang tak kalah menarik. Tak banyak yang tahu, wilayah yang dikenal dengan budaya Minangkabaunya yang kuat ini pernah menjadi salah satu titik penting dalam sejarah kolonial Belanda di Nusantara. Meski zaman telah berganti, jejak peninggalan kolonial itu masih dapat ditemukan dan berdiri kokoh hingga kini.
Berikut tujuh peninggalan sejarah BelandAa yang menjadi saksi bisu peradaban masa lalu di ranah Minang:
1. Benteng Fort de Kock – Bukittinggi
Dibangun pada tahun 1825 di tengah pergolakan Perang Padri, Fort de Kock menjadi simbol kekuatan Belanda di Sumatera Barat. Terletak di atas Bukit Jirek, benteng ini dulunya digunakan sebagai pusat pertahanan dan pengawasan terhadap pergerakan kaum Padri. Saat ini, Fort de Kock telah diintegrasikan dengan Kebun Binatang Bukittinggi dan Jembatan Limpapeh, menjadikannya destinasi wisata sejarah Sejarah Belanda yang edukatif sekaligus menyenangkan.
Uniknya, meski sebagian struktur benteng sudah mengalami renovasi, meriam kuno dan dinding batu asli masih tetap terjaga, menghadirkan nuansa masa kolonial yang kuat.
2. Jam Gadang – Bukittinggi
Meski lebih dikenal sebagai ikon Bukittinggi, Jam Gadang sebenarnya merupakan warisan era kolonial. Dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Belanda sebagai hadiah untuk sekretaris kota kala itu, menara jam ini menggunakan mesin yang hanya ada dua di dunia—satunya lagi berada di London, Inggris.
Arsitekturnya memadukan gaya Eropa dengan sentuhan Minangkabau, terutama pada bagian atap yang kini berbentuk gonjong. Jam Gadang bukan hanya penanda waktu, melainkan juga pengingat akan Sejarah Belanda perpaduan budaya dan sejarah.
3. Lobang Jepang – Bukittinggi
Walau dikenal sebagai “Lobang Jepang”, terowongan bawah tanah sepanjang 1.400 meter ini sebenarnya dibangun oleh tenaga kerja paksa di bawah pengawasan Jepang menggunakan fondasi peninggalan Belanda. Terletak di Ngarai Sianok, lorong ini menjadi bagian Sejarah Belanda dari sistem pertahanan militer masa Perang Dunia II.
Namun jejak teknik sipil Belanda masih tampak dari struktur pintu masuk dan sistem ventilasi yang terencana rapi. Kini, Lobang Jepang menjadi objek wisata sejarah yang menyimpan kisah pilu dari masa penjajahan.
4. Gedung Bank Indonesia – Padang
Bangunan bersejarah yang kini menjadi kantor perwakilan Bank Indonesia di Padang ini dahulu adalah kantor De Javasche Bank, bank kolonial Belanda yang berdiri sejak tahun 1912. Arsitekturnya yang bergaya Sejarah Belanda neoklasik Eropa dengan tiang-tiang besar dan ornamen khas menunjukkan kemegahan zaman kolonial.
Sebagai lembaga keuangan tertua di wilayah ini, gedung ini berperan besar dalam roda perekonomian kolonial di Sumatera Barat. Kini, gedung tersebut masih digunakan, sekaligus menjadi bagian dari cagar budaya kota Padang.
5. Stasiun Kereta Api Sawahlunto
Sawahlunto, kota tambang yang dahulu menjadi pusat eksploitasi batu bara, memiliki salah satu stasiun kereta api tertua di Indonesia. Dibangun oleh Belanda pada tahun 1894, stasiun ini merupakan bagian dari jalur logistik penting untuk mengangkut hasil tambang ke pelabuhan Emmahaven (sekarang Teluk Bayur).
Saat ini, stasiun Sejarah Belanda tersebut masih berdiri dan difungsikan kembali dalam kereta wisata Mak Itam yang legendaris. Dengan arsitektur kolonial klasik dan atmosfer kota tua, stasiun ini seperti mesin waktu yang membawa pengunjung kembali ke abad ke-19.
6. Pelabuhan Teluk Bayur – Padang
Dahulu dikenal sebagai Emmahaven, pelabuhan ini dibangun oleh Belanda pada awal abad ke-20 sebagai pelabuhan utama untuk ekspor batu bara dari Sawahlunto. Dengan posisi strategis di tepi Samudera Hindia, Teluk Bayur menjadi simpul penting dalam perekonomian kolonial.
Meski kini telah mengalami modernisasi, struktur bangunan dan tata letak pelabuhan masih mencerminkan warisan kolonial yang kuat. Pelabuhan ini menjadi simbol keterhubungan antara Sumatera Barat dan dunia luar sejak ratusan tahun lalu.
7. Gedung Societeit de Harmonie – Padang
Terletak di kawasan Kota Tua Padang, gedung ini dahulu digunakan sebagai klub sosial elite Belanda. Dikenal dengan nama Societeit de Harmonie, bangunan ini merupakan tempat berkumpulnya para pejabat dan saudagar Eropa untuk bersosialisasi dan menikmati hiburan.
Kini, gedung tersebut beralih fungsi menjadi pusat kegiatan kebudayaan dan seni. Meski telah banyak mengalami renovasi, desain kolonialnya yang elegan tetap terjaga, menjadikannya spot favorit para fotografer dan pecinta arsitektur klasik.