10 Lagu prihal Mempersoalkan Senpribadi Saja, Terupdate ketimbang Taylor Swift
10 Lagu prihal Mempersoalkan Senpribadi Saja, Terupdate ketimbang Taylor Swift
Suah tangkap sebutan self-criticism maupun menilai perseorangan saja, enggak? Bisajadi pasal inilah suah suka sobat buat. Benarnya itupun selayaknya seandainya dilakoni dalam beberapa batasan khusus. Halamova, dkk dalam pengamatannya nan dengan tajuk “The Faktor Structure of the Forms of Self-Criticising/Attacking serta Self-Reassuring Scale in Thirteen Distinct Populations”, punya argumen oleh boleh dua genre motif menilai senpribadi tunggal nan bertumbuh di bangsa.
Sistem pertama yaitu menilai perseorangan saja nang terjalin sama kesadaran bakal lahirnya kelainan lalu ketidak sanggupan, tapi dibarengi keperluan biar membetulkan senpribadi. Motif ke-dua dicari tatkala kesadaran ketidak bisaan untuk jadi motivasi guna jangan meminati sampai membenci senpribadi saja. Ke dua manifestasi self-criticism sedianya dapat mengadakan model supaya mendiagnosa status psikologis ataupun psikis satu orang. Mestinya sama dukungan ahli enggak analisis berdikari.
sesungguhnya tidak memiliki nang keliru oleh mengkritik perseorangan saja adakala. Inipun digunakan biar membentuk kerendahan hearth dan menguakan area agar meningkatkan perseorangan. Asal memang dalam batasan selayaknya oleh bettor mampu mengelolanya secara apik.
1. Taylor Swift – Anti-Heroh
Dicabut daripada album terbarunya nang dengan judul Midnight, lagu “Anti-Hero” merupakan sebentuk pernyataan anggap sebal di senpribadi saja. Taylor membuat melimpah refleksi lagi self-blaming di lagu inipun, ditambah lagi pernyataannya atas menduga risau berlebihan.
Salah satu manusia tertulis seorang terapi menjajal mengkaji lirik Itu lagi memiliki argumen untuk mengalami bersalah nang diekspos Taylor melimpah terpengaruhi sama pengetahuan era lalunya. Lagu itupun menerangkan sebagian situasi trauma karena tali nan dirajut seorang oleh beberapa orang narsistik disekitarnya.
2. Arctic Monkeys – Who the F**k Are Arctic Monkeys?
Direnggut daripada EP dengan judul seragam, lagu nang launching pada 2006 inilah yaitu tampilan kritikan dia orang di band dia orang saja. Masa itu Arctic Monkeys masih tetap ada di babak depan keterkenalan lalu diposisikan pada berlebihan akibat.
Keliru satunya dituntut mengasihkan konsekuensi diyakini terus panutan pada peminat dia orang dimana lazim pemuda. Sebenarnya dia orang tunggal rada tetap masih berumur belia waktu tersebut.
3. Mitski – Nobody
Mitski ialah pribadi dimana diingat laku karena keberaniannya menulis lirik-lirik dimana vulnerable, benar, lagi sanggup wakili pandangan berlebihan manusia. Keliru satunya dalam lagu “Nobody” nang dia tulis masa selagi tour di Asia Tenggara.
Kenal dia engga dapat berkata setempat oleh enggak model insan nang simpel berkawan, dia pula mendapat ide mengadakan lagu atas kesepian. Itu mending memberitahukannya pada asam garam era kecilnya dimana wajib beralih-pindah negara sebab pencaharian si ayah.
4. Radiohead – Creep
Lagu “Creep” tetap setidaknya hebat didengarkan waktu penjudi pas bersusah-hati, engga berkeyakinan senpribadi, dan dalam waktu terburuk dalam tinggal. Liriknya seolah mengetahui segenap hati-perasaan cacat nang terdapat dalam dada.
Lagu Itu boleh lumayan terkaan menjadi perayaan ataupun pendapatan prihal kelainan perseorangan saja. Hanya, di sebuah pihak juga gelap lalu memvisualisasikan mengalami insekuritas dimana berlapis.
5. Tame Impala – Borderline
Telah sudah dikeluarkan di 2019 menjadi singgel, “Borderline” setelah diaransemen kembali lagi dimasukkan dalam album termuda Tame Impala nang dengan judul The Slow Rush.
6. Deaf Havana – 19dreams
Berakhir umumkan keperginya sebagian anggotanya, Deaf Havana berlaku dengan format dwi. Dia orang setelah me-launching album pertama pada Juni 2022 lagi oleh judul The Present is a Foreign Land. Sebagian lagunya dengan judul “19dreams” nang balik lagi mengeksplor mengalami bersalah terus penyesalan.
Liriknya berbicara rasanya pertama tempo hari anda berumur 19 musim, kelihatannya uban suah start keluar oleh anda mengabaikan berlebihan kondisi dalam waktu cepat. Lagu Itu dapat lumayan menjadi pengingat guna pendengar untuk enggak menyiakan masa.
7. Softcult – Gaslightht
Lagu shoegazing ketimbang duet Softcult mending tidak tunduk menariknya. Sah sama judulnya, dia orang menjajal menjalani hati-perasaan nan tampak tatkala menjadi umpan gaslighting.
agaknya segenap daya ingat bakal kesilapan lalu hati cacat reflek menyisip ke atas lalu membikin anda tidak terjamin. Gaslighting ialah bendera merah dalam jalinan.
8. Dagny – Coulda Woulda Shouldah
Lagu “Coulda Woulda Shoulda” daripada Dagny bau penyesalan, melainkan dia sertai oleh motivasi buat berbaik hearth di perseorangan tunggal. Pada liriknya, Dagny beranggapan andaikan penyesalan lalu pendapat bersalah itu suka sekali kelihatan bilamana aja.
Pekerjaan pemain yaitu mengarahkan terus menyortir apa saja dimana bisa pemain benahi terus yang mana nang kudu diikhlaskan. Dikepak dalam typical dance pop sama tempo pas, lagu inipun pantas diputar agar membetulkan atmosfer hearth nan pas kacau balau.
9. The Killers – Boyh
“Boy” punya The Killers patut miliki vibrasi nan sama dengan lagu lebih dahulu. Dia dicatat daripada sisi pandang seorang dimana mengingati kanak-kanak muda agar mengenyam masa tenggang dia orang. Enggak memerlukan menyimpan beban sangat berat di bahu sama memiara tingkah laku overthinking.
Lagu inilah diramu aransemen ciri khas The Killers sama perkusi nan mengontrol dari pangkal lagu. lebih nuansa atmosferik nang bergaung.
10. Orla Gartland – Why Am I Like This?
Awalnya sempat diputar di seri Netflix Heartstopper, lagu ciptaan Orla Gartland itupun dicatat iringan gitar nan halus selaras oleh suara meneduhkan si vokalis. Ketimbang liriknya, dia ialah gestur mengalami sedih di perseorangan saja.
konon suka macam keinginan khalayak, tapi mendustai perseorangan tunggal mending enggak ketetapan simpel lalu cerdik dipraktikan. Telah merasainya?
Sejumlah lagu di berdasarkan boleh membagikan ancaman katarsis alias pelepasan jiwa dimana melegakan guna beberapa manusia. Tetapi, sejumlah beda dimana menyandang penyakit psikis istimewa mampu menikmati pasal tapi.
Mempunyai sebagian masalah mengomentari perseorangan saja nang berefek menyulitkan. Bagai nan diekspos Kathryn Fox dalam penelitian nan dengan judul “Self-Criticism Impacts Emotional Responses to Pain”, terselip derajat-derajat self-criticism nan membolehkan khalayak berat kepada merasa dirinya sendiri berwenang mengenai mengecap sakit oleh hukuman. apabila itupun selalu bersambung, diminta agar cepat peroleh penananganan piawai.