9 Macam Rumah Adat Papua, Sederhana
BERITA BURUNG Indosesia Rumah adat papua memang beragam suku dan budayanya. Keunikan suku dan budaya yang terbentang dari Sabang hingga Merauke ini bukan hanya pada makanan tradisionalnya, tetapi juga bentuk rumah atau seni arsitekturnya.
Setiap rumah di seluruh penjuru Indonesia dibuat berdasarkan fungsi dan lokasinya. Kali ini, Popbela akan membahas rumah adat Papua yang sederhana namun penuh filosofi dan sarat fungsi.
Setidaknya, ada 9 jenis rumah adat di Papua lengkap dengan nama dan gambar yang terkenal. Apa saja?
Asal usul rumah adat Papua
Masyarakat Papua hidup selaras dengan alam sehingga mereka mengandalkan alam untuk bertahan hidup. Awalnya, mereka masih tinggal di sekitar hutan dengan berteduh di bawah pohon-pohon besar. Kemudian mereka belajar untuk membangun sebuah rumah adat Papua yang terinspirasi dari sarang burung.
Orang-orang Papua mengamati kebiasaan burung untuk membuat sarang di atas pohon. Mereka kemudian mencoba untuk membangun hunian yang dapat melindunginya dari cuaca panas dan hujan. Semua materialnya diambil dari alam, seperti rumput, balok kayu, dan tali rotan.
Uniknya, proses pembangunannya dilakukan bersama-sama dengan mengajak kerabat dan tetangga. Pengerjaannya juga berlangsung sekitar seminggu. Dari sinilah, Honai menjadi rumah adat bagi masyarakat di Papua.
Macam-macam rumah adat Papua
1. Rumah Honai
Salah satu yang unik dari masyarakat Papua adalah laki-laki dan perempuan yang telah dewasa tinggal secara terpisah. Untuk laki-laki dewasa, mereka tinggal di sebuah rumah yang disebut dengan Honai. Biasanya, Honai dapat kamu temukan di kawasan lembah atau pegunungan.
Melihatnya secara sekilas, rumah adat dari Suku Dani ini mirip dengan jamur karena bentuknya yang melingkar dan atapnya yang mengerucut. Bagian atap rumah Honai lebih besar dari dindingnya dan terbuat dari jerami. Atap rumah Honai dibuat demikian untuk melindungi dinding dari air hujan.
Rumah Honai berukuran kecil, yakni hanya 5 meter persegi dan terdiri dari dua ruangan yang terpisah dalam dua lantai. Lantai pertama digunakan untuk melakukan beragam kegiatan dan lantai dua untuk tempat tidur.
Rata-rata ukuran rumah adat Papua (Honai) memang tidak terlalu luas dan cenderung sempit. Hal ini dimaksudkan agar rumah tetap hangat untuk menahan suhu dingin di malam hari.
Rumah Honai biasanya digunakan untuk menyimpan jenazah yang diawetkan atau mumi, menyimpan hasil buruan dan senjata perang. Benda warisan dari leluhur dan simbol adat juga disimpan di sini.
2. Rumah Ebai
Kalau rumah Honai diperuntukan bagi laki-laki dewasa, rumah adat Papua Ebai dihuni oleh perempuan dewasa. Ebai berasal dari kata ebe yang berarti tubuh dan ai yang berarti perempuan. Ebai bermakna perempuan merupakan tubuh bagi kehidupan sebelum seseorang lahir di dunia.
Rumah Ebai memiliki ukuran yang lebih kecil dan pendek dibandingkan dengan rumah Honai. Rumah Ebai terletak di bagian sisi kiri atau kanan dari rumah Honai yang pintunya tidak sejajar dengan rumah Honai.
Di rumah Ebai inilah biasanya perempuan melakukan berbagai kegiatannya. Di sini pula, para ibu akan mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang beragam hal sebelum sang anak menikah nanti.
3. Rumah Wamai
Tak jauh dari rumah Honai dan rumah Ebai biasanya ada satu rumah kecil di dekatnya yang bernama rumah Wamai. Rumah ini digunakan sebagai kandang hewan ternak, seperti ayam, babi, anjing atau kambing. Bentuk Wamai sangat fleksibel, bisa persegi atau lingkaran tergantung banyaknya hewan peliharaan yang mendiami rumah tersebut.
4. Rumah Kariwari
Jika rumah Honai menjadi ciri khas Suku Dani, rumah Kariwari menjadi rumah khas Suku Tobati-Enggros yang banyak mendiami kawasan Danau Sentani, Jayapura. Rumah Kariwari merupakan tempat tinggal bagi laki-laki yang telah berusia 12 tahun. Di rumah inilah, anak laki-laki tersebut belajar mengenai kehidupan dan mencari nafkah. Mereka diajarkan memahat, berburu, membuat perahu, hingga perang.
Kariwari memiliki tinggi hingga 20 meter dan terdiri dari tiga lantai. Lantai satu digunakan untuk belajar, lantai dua digunakan sebagai tempat pertemuan para kepala suku, sedangkan lantai tiga digunakan untuk istirahat, meditasi atau berdoa.
Rumah Kariwari berbentuk persegi delapan dengan atap yang mengerucut. Bentuk ini diyakini dapat menahan rumah dari embusan angin.
5. Rumah Rumsram
Selanjutnya, rumah Rumsram yang menjadi rumah adat bagi Suku Biak Numfor. Rumah Rumsram hanya memiliki satu ruangan tanpa sekat dan memiliki dua pintu serta jendela. Bentuk rumah Rumsram seperti rumah panggung yang bagian bawahnya terbuka tanpa sekat.
Rumah Rumsram didiami oleh anak laki-laki dari Suku Biak Numfor yang telah berusia 12 tahun. Di rumah inilah mereka akan belajar tentang kehidupan dan mencari nafkah. Memahat, membuat perahu, dan cara berperang adalah ilmu yang diajarkan kepada para anak laki-laki tersebut.
6. Rumah Kaki Seribu
Rumah panggung di Papua satu ini sangat unik. Rumah adat Papua ini memiliki penyangga yang cukup banyak hingga sampai disebut dengan rumah Kaki Seribu. Rumah-rumah seperti ini biasa ditemukan di kawasan Pegunungan Arfak, tempat dari Suku Hatam, Moille, Meyakh, dan Sough. Rumah panggung ini dibuat demikian untuk menghindari serangan binatang buas.
7. Rumah Pohon
Berikutnya ada rumah pohon milik Suku Korowai. Rumah adat Papua ini benar-benar dibangun di atas pohon dengan ketinggian 15-30 meter dari permukaan tanah. Suku Korowai membangun rumah ini untuk menghindari serangan binatang buas dan roh jahat. Sayangnya, Suku Korowai kini hanya tinggal 3000 jiwa dan rumah pohon pun sudah jarang ditemui lagi saat ini.
8. Rumah Jew
Suku Asmat ternyata mempunyai hunian yang dikhususkan untuk remaja laki-laki. Tempat tersebut dikenal dengan sebutan rumah Jew.
Rumah adat ini mewakili cara hidup masyarakat yang dibangun berdasarkan nilai kebersamaan. Di sana, para pemuda belajar memainkan tifa, berburu, hingga cara berperang dari para laki-laki dewasa.
Uniknya, jumlah pintunya dan tungku perapiannya dicocokkan dengan jumlah marga yang tinggal di sana. Pintu dan tungku tersebut melambangkan tempat masing-masing marga dan disediakan masing-masing dua buah.
9. Rumah Hunila
Rumah adat Papua yang terakhir adalah rumah Hunila. Biasanya, Hunila dapat dijumpai di dekat Honai. Memiliki arsitektur yang lebih luas dan panjang, Hunila difungsikan sebagai dapur.
Di Hunila, hasil bumi yang didapatkan akan diolah menjadi makanan untuk seluruh penghuni. Ubi bakar dan papeda menjadi olahan yang sering dimasak dan disantap bersama.
Ternyata tak hanya sebagai tempat tinggal, rumah adat Papua lengkap juga memiliki makna yang sangat mendalam, ya, Bela. Kamu pernah melihat langsung belum?