6 Monumen Peninggalan Belanda
6 Monumen Peninggaalan Belanda yang Ada di Indonesia: Jejak Kolonial dalam Balutan Sejarah dan Budaya
- BERITA BURUNG Indonesia adalah negeri yang kaya akan warisan sejarah. Salah satu bab penting dalam sejarah bangsa ini adalah masa penjajahan Belanda yang berlangsung selama lebih dari 350 tahun. Meski masa itu menyisakan luka, banyak Peninggalan Belanda arsitektur yang kini menjadi saksi bisu perjalanan bangsa menuju kemerdekaan. Monumen-monumen tersebut tidak hanya mencerminkan kekuasaan kolonial pada masanya, tetapi juga memperlihatkan bagaimana perpaduan budaya dan waktu telah membentuk identitas kota-kota di Indonesia saat ini.
Berikut ini adalah enam monumen peninggalaan Belanda yang masih berdiri megah di Indonesia dan menjadi magnet wisata sejarah sekaligus pengingat masa lalu yang tak boleh dilupakan.
1. Gedung Sate – Bandung, Jawa Barat
Siapa yang tak kenal Gedung Sate? Bangunan ikonik di jantung Kota Bandung ini dibangun pada tahun 1920 sebagai kantor Departemen Verkeer en Waterstaat (Departemen Lalu Lintas dan Pekerjaan Umum) pada masa Hindia Belanda. Nama “Gedung Sate” merujuk pada ornamen tusuk sate di puncak menara bangunan ini.
Didesain oleh arsitek J. Gerber, Gedung Sate merupakan perpaduan antara gaya arsitektur neoklasik Eropa dan sentuhan arsitektur tradisional Nusantara. Kini, gedung Peninggalan Belanda ini digunakan sebagai kantor Gubernur Jawa Barat. Dengan bentuk yang unik dan nilai sejarah tinggi, Gedung Sate menjadi daya tarik utama wisata sejarah di Bandung dan sering menjadi latar foto para pelancong.
2. Lawang Sewu – Semarang, Jawa Tengah
Lawang Sewu, yang berarti “Seribu Pintu”, adalah bangunan megah yang dibangun pada tahun 1904 oleh perusahaan kereta api Belanda, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Meskipun namanya berarti seribu pintu, sebenarnya jumlah pintu di bangunan ini tidak sampai seribu, tapi jumlahnya memang sangat banyak, sehingga menimbulkan kesan demikian.
Terletak di pusat Kota Semarang, Lawang Sewu pernah menjadi kantor utama NIS dan kemudian digunakan sebagai markas tentara Jepang pada masa pendudukan. Bangunan Peninggalan Belanda ini juga dikenal angker karena banyaknya kisah misteri yang menyertainya, namun tak mengurangi nilai sejarah dan daya tarik wisata. Kini, Lawang Sewu telah direstorasi dan dibuka sebagai museum yang menyuguhkan sejarah perkeretaapian Indonesia dan masa kolonial.
3. Fort Rotterdam – Makassar, Sulawesi Selatan
Bergeser ke wilayah timur Indonesia, Fort Rotterdam di Makassar adalah benteng peninggaalan Belanda yang menyimpan sejarah panjang perlawanan rakyat Sulawesi. Awalnya benteng Peninggalan Belandaini dibangun oleh Kesultanan Gowa pada abad ke-17 dengan nama Benteng Ujung Pandang. Setelah direbut oleh Belanda, benteng ini diubah namanya menjadi Fort Rotterdam dan dijadikan pusat pemerintahan serta militer Belanda di Sulawesi Selatan.
Bangunan ini masih berdiri kokoh hingga kini, menampilkan arsitektur bergaya Eropa dengan sentuhan lokal. Di dalam kompleks benteng terdapat Museum La Galigo yang menyimpan berbagai koleksi peninggalan sejarah, budaya, dan kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan. Fort Rotterdam adalah destinasi sejarah yang sarat makna dan patut dikunjungi bagi siapa saja yang ingin menyelami masa lalu Indonesia Timur.
4. Kota Tua – Jakarta
Kota Tua Jakarta merupakan kawasan yang paling kental dengan nuansa kolonial Belanda. Dikenal juga sebagai Oud Batavia, kawasan ini dulunya merupakan pusat pemerintahan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan kemudian pemerintahan Hindia Belanda.
Bangunan-bangunan bersejarah seperti Museum Fatahillah (dulu Balai Kota Batavia), Museum Wayang, dan Cafe Batavia masih berdiri dengan gaya arsitektur khas Eropa abad ke-17. Suasana klasik Kota Tua menjadikannya destinasi favorit untuk berwisata sejarah Peninggalan Belanda, berburu foto, dan menikmati pertunjukan seni jalanan. Revitalisasi kawasan ini terus dilakukan agar semakin menarik dan nyaman untuk dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.
5. Benteng Vastenburg – Solo, Jawa Tengah
Benteng Vastenburg adalah monumen bersejarah peninggalaan Belanda yang terletak di Kota Solo. Dibangun pada tahun 1745 oleh Gubernur Jenderal Baron van Imhoff, benteng ini menjadi pusat kekuasaan militer Belanda di wilayah Jawa Tengah.
Berbeda dengan benteng-benteng lain yang berada di tepi pantai, Benteng Vastenburg berdiri di tengah kota, menandakan peran strategisnya dalam mengontrol aktivitas Keraton Surakarta. Meskipun sempat terbengkalai dan terancam digusur, benteng Peninggalan Belanda ini kini dilestarikan sebagai cagar budaya dan menjadi tempat penyelenggaraan berbagai acara budaya, pameran seni, hingga festival musik.
6. Istana Maimun – Medan, Sumatera Utara
Meski lebih dikenal sebagai peninggalan Kesultanan Deli, Istana Maimun juga merupakan contoh arsitektur kolonial yang dipengaruhi oleh gaya Eropa, Timur Tengah, dan Melayu. Dibangun pada tahun 1888 oleh Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah, istana ini dirancang oleh arsitek Italia yang bekerja untuk pemerintah kolonial Belanda.
Letaknya yang strategis di pusat Kota Medan membuat Istana Maimun menjadi salah satu ikon wisata sejarah Sumatera Utara. Selain menikmati arsitekturnya yang megah dan ornamen yang artistik, pengunjung juga bisa melihat singgasana kerajaan Peninggalan Belanda dan mengenakan pakaian adat untuk berfoto di dalam istana.
Warisan Kolonial: Menyimpan Sejarah, Menuju Masa Depan
Monumen-monumen peninggalaan Belanda di Indonesia bukan hanya simbol masa penjajahan, tetapi juga bagian penting dari perjalanan sejarah bangsa. Melalui pelestarian dan pemanfaatan yang tepat, bangunan-bangunan ini dapat menjadi media edukasi dan kebanggaan budaya yang menunjukkan betapa kuatnya Indonesia dalam menyerap dan mengolah warisan masa lalu menjadi aset masa depan.
Kehadiran bangunan kolonial ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan sejarah, namun juga untuk mampu melihatnya dengan cara yang bijak—mengakui masa lalu tanpa harus terjebak di dalamnya. Bagi generasi muda, monumen ini bisa menjadi jendela untuk mengenal masa lampau dan memahami kompleksitas identitas bangsa Indonesia yang terbentuk dari berbagai pengaruh.