5 Keunikan dari Negara Korea Utara yang Jarang Diketahui Dunia
5 Keunikan dari Negara Korea Utara yang Jarang Diketahui Dunia
–BERITA BURUNG Korea Utara, atau dikenal sebagai Republik Demokratik Rakyat Korea, adalah salah satu negara paling misterius di dunia. Terletak di Asia Timur, negara ini berbatasan langsung dengan Korea Selatan, Tiongkok, dan Rusia. Meskipun letaknya tidak jauh dari negara-negara maju dan modern, Korea Utara tetap menjadi negara yang sangat tertutup dan unik dalam berbagai hal.
Banyak orang mengenal Korea Utara melalui berita-berita internasional, terutama mengenai politik dan kepemimpinan dinastinya. Namun, di balik semua itu, ada sisi-sisi menarik dan unik yang membuat Korea Utara berbeda dari negara lainnya. Berikut adalah 5 keunikan Korea Utara yang membuat banyak orang tercengang dan penasaran.
1. Kalender Juche: Sistem Penanggalan yang Berbeda dari Dunia
Salah satu keunikan paling mencolok dari Korea Utara adalah sistem penanggalannya yang tidak mengikuti kalender Masehi seperti kebanyakan negara di dunia. Korea Utara menggunakan Kalender Juche, yang dimulai dari tahun kelahiran Kim Il Sung, pemimpin pendiri negara tersebut, yaitu tahun 1912.
Artinya, jika dunia internasional mencatat tahun 2025, maka di Korea Utara adalah tahun Juche 114. Sistem kalender ini bukan hanya simbol penghormatan terhadap Kim Il Sung, tetapi juga mencerminkan ideologi negara yang mengagungkan kemandirian nasional atau dikenal dengan Juche Ideology.
Kalender ini digunakan secara resmi dalam dokumen, media massa, hingga papan penunjuk waktu. Meski dalam beberapa konteks internasional Korea Utara tetap menyertakan tahun Masehi, namun kalender Juche tetap menjadi kebanggaan nasional.
2. Ibukota Pyongyang Hanya untuk Warga “Terpilih”
Tidak semua warga Korea Utara bisa tinggal di ibukota Pyongyang. Kota ini dikenal sangat bersih, tertata, dan penuh dengan arsitektur monumental. Namun di balik keindahannya, hanya warga dengan status sosial tinggi yang diperbolehkan tinggal di sana.
Pemerintah Korea Utara memiliki sistem klasifikasi masyarakat yang disebut “Songbun”, yaitu sistem penilaian loyalitas politik. Warga yang memiliki latar belakang keluarga revolusioner, militer, atau setia terhadap partai berkesempatan tinggal di Pyongyang. Sementara mereka yang dianggap “bermasalah” secara ideologi, akan ditempatkan di daerah pedesaan atau zona industri.
Pyongyang dijaga sangat ketat, bahkan warga negara sendiri membutuhkan izin khusus untuk masuk atau keluar dari kota ini. Sistem ini membuat Pyongyang menjadi semacam “etalase” Korea Utara, yang hanya menampilkan sisi terbaik dari negara tersebut.
3. Tidak Ada Internet Umum, Hanya Intranet Nasional
Di era digital seperti sekarang, hampir semua negara di dunia telah terhubung dengan internet global. Namun Korea Utara menjadi pengecualian. Di negara ini, internet internasional nyaris tidak tersedia untuk masyarakat umum. Hanya segelintir orang, seperti pejabat tinggi dan ilmuwan yang dipercaya, yang bisa mengakses internet global, dan itupun dengan pengawasan ketat.
Sebagai gantinya, Korea Utara memiliki jaringan intranet nasional yang disebut “Kwangmyong”. Intranet ini berisi situs-situs dalam negeri yang sudah disetujui pemerintah, termasuk media berita, pendidikan, dan sumber daya terbatas lainnya. Tidak ada akses ke Google, YouTube, atau media sosial global seperti Facebook dan Instagram.
Uniknya, warga Korea Utara tidak menyadari bahwa mereka hidup dalam “gelembung informasi”, karena sejak lahir mereka hanya dikenalkan pada sistem yang disediakan negara. Dunia luar dianggap berbahaya dan penuh pengaruh buruk oleh propaganda resmi.
4. Festival Massal Arirang yang Spektakuler
Korea Utara dikenal juga dengan pertunjukan massal yang luar biasa dan penuh kedisiplinan, yaitu Festival Arirang. Festival ini digelar untuk merayakan kekuatan negara, militer, dan pemimpinnya. Diadakan di Stadion Rungrado May Day, stadion terbesar di dunia dengan kapasitas lebih dari 100.000 penonton, Arirang menjadi pertunjukan koreografi massal yang menakjubkan.
Ribuan peserta, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, terlibat dalam pertunjukan yang disinkronkan dengan sangat presisi. Setiap gerakan, nyanyian, dan tarian memiliki makna simbolis yang mendalam, menggambarkan sejarah perjuangan, kemajuan negara, dan loyalitas kepada pemimpin.
Festival ini bukan hanya pertunjukan seni, tapi juga menjadi alat propaganda visual yang menunjukkan kepada dunia kekompakan dan kekuatan Korea Utara. Meski acara ini jarang diadakan dalam beberapa tahun terakhir, tapi ketika terjadi, festival ini menarik perhatian dunia.
5. Kim Jong-un sebagai Figur “Setengah Dewa” dalam Propaganda
Salah satu ciri khas Korea Utara adalah kultus individu terhadap pemimpinnya. Sejak era Kim Il Sung, dilanjutkan oleh Kim Jong Il, hingga kini Kim Jong-un, semua pemimpin dianggap memiliki sifat-sifat luar biasa, bahkan setengah ilahi dalam narasi resmi.
Media dalam negeri menggambarkan Kim Jong-un sebagai sosok jenius militer, ahli strategi, dan pahlawan rakyat. Cerita-cerita propaganda menyebut bahwa ia bisa mengemudi sejak kecil, menciptakan teknologi, bahkan menjadi penembak jitu sejak remaja.
Potret Kim Jong-un dan para pendahulunya wajib terpajang di setiap rumah, sekolah, dan kantor. Setiap warga harus memberi penghormatan kepada foto tersebut secara rutin. Bahkan, jika ada bencana alam atau kebakaran, prioritas pertama masyarakat adalah menyelamatkan potret pemimpin sebelum benda lain.
Negara Misterius yang Penuh Kejutan
Korea Utara adalah negara yang sangat berbeda dari negara lain di dunia. Di balik citranya yang tertutup dan kontroversial, tersembunyi keunikan budaya, sistem sosial, dan kehidupan sehari-hari yang tak dapat ditemukan di tempat lain. Meskipun banyak hal dari negara ini yang sulit dipahami oleh masyarakat internasional, tak bisa dipungkiri bahwa Utara tetap menarik untuk dikaji lebih dalam.
Negara ini bukan sekadar berita politik, tapi juga cermin dari bagaimana ideologi dan kekuasaan bisa membentuk kehidupan rakyat secara menyeluruh.