5 Adat Batak yang Masih Dilestarikan Hingga Kini

5 Adat Batak yang Masih Dilestarikan Hingga Kini

11 Jenis Alat Musik Suku Batak, Sering Dimainkan saat Upacara Adat

-BERITA BURUNG Suku Batak merupakan salah satu kelompok etnis besar yang berasal dari wilayah Sumatera Utara, Indonesia. Suku ini terdiri dari beberapa sub-suku, antara lain Batak Toba, Karo, Mandailing, Simalungun, Pakpak, dan Angkola. Masing-masing sub-suku memiliki ciri khas dan kekayaan budayanya sendiri, namun tetap memiliki akar adat yang sama. Salah satu kekayaan utama dari masyarakat Batak adalah adat-istiadatnya yang begitu kuat dan terus dijaga hingga sekarang, meskipun zaman terus berkembang.

Berikut adalah lima adat Batak yang masih dilestarikan dan dijunjung tinggi oleh masyarakatnya:

1. Adat Dalihan Na Tolu

Dalihan Na Tolu - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Adat Dalihan Na Tolu adalah falsafah hidup masyarakat Batak Toba yang menggambarkan struktur sosial serta nilai-nilai keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Secara harfiah, Dalihan Na Tolu berarti “tungku berkaki tiga”. Tiga kaki tungku tersebut melambangkan tiga peran penting dalam struktur sosial Batak, yaitu:

  • Dongan Tubu (saudara seketurunan),

  • Hula-hula (keluarga pihak istri),

  • Borang/Bere (keluarga dari istri anak laki-laki atau penerima perempuan).

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Batak harus mampu menjaga keseimbangan antara ketiga unsur ini. Setiap hubungan memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Hula-hula dihormati karena dianggap sebagai “pemberi istri”, sementara boru dihargai karena menjadi pihak yang membantu keluarga saat ada pesta atau acara adat. Adat ini menjadi fondasi utama dalam segala bentuk interaksi sosial masyarakat Batak.

2. Ulaon Unjuk (Upacara Pernikahan)

(Part 2) Ulaon Unjuk Enrico & Ivanna (Pesta Pernikahan Batak) | Maria  Convention Hall

Pernikahan dalam adat Batak bukan sekadar penyatuan dua insan, tetapi merupakan peristiwa adat besar yang menyatukan dua marga. Proses pernikahan adat Batak sangat kompleks dan penuh makna. Salah satu tahap penting adalah marhata sinamot, yaitu negosiasi antara kedua keluarga mengenai mahar (sinamot) yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Jumlah sinamot ini bukan sekadar materi, tapi mencerminkan penghargaan terhadap keluarga perempuan.

Setelah kesepakatan dicapai, akan diadakan pesta adat yang besar, biasanya berlangsung seharian penuh. Dalam pesta ini, berbagai ritual adat dilakukan, termasuk pemberian ulos, simbol restu dan perlindungan. Ulos diberikan oleh keluarga kepada pasangan pengantin sebagai lambang ikatan dan doa agar kehidupan rumah tangga mereka sejahtera.

3. Mangokkal Holi (Menggali Tulang Leluhur)

Mangongkal Holi, Tradisi Unik Batak Menggali Tulang Manusia dari Kuburan

Adat Mangokkal Holi adalah tradisi menggali kembali tulang belulang leluhur untuk dipindahkan ke tempat yang lebih layak, seperti tugu atau makam keluarga besar. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan tinggi terhadap leluhur, sekaligus menjadi momen menyatukan kembali keluarga besar yang sudah tersebar.

Upacara ini bukan hanya bersifat religius, tapi juga sosial. Seluruh keluarga yang memiliki hubungan darah akan berkumpul dan melakukan berbagai prosesi, mulai dari penggalian, pembersihan tulang, hingga pemindahan dan upacara adat di lokasi baru. Adat ini juga menjadi pengingat bahwa orang Batak sangat menghargai asal usul dan silsilah keluarga.

4. Pemberian Ulos

6 Macam Kain Ulos untuk Pernikahan Adat Batak

Ulos adalah kain tradisional khas Batak yang memiliki nilai simbolis tinggi. Dalam adat Batak, pemberian ulos bukan sekadar pemberian barang, tapi merupakan ungkapan cinta, restu, dan doa. Ulos diberikan dalam berbagai upacara penting, seperti kelahiran, pernikahan, hingga kematian.

Ada berbagai jenis ulos dengan makna berbeda-beda. Misalnya, Ulos Ragidup diberikan kepada pengantin baru sebagai doa agar hidup mereka sejahtera dan panjang umur. Ulos Sibolang diberikan saat upacara duka, sebagai bentuk penghormatan terakhir. Pemberian ulos juga selalu diiringi dengan petuah dan doa, menjadikannya lebih dari sekadar simbol budaya.

5. Martumpol (Pertunangan di Gereja)

Hypeabis - Resmi Menikah dengan Yakup Hasibuan, Ini Dia Potret Gaun  Pernikahan dan Tunangan Jessica Mila

Dalam masyarakat Batak Kristen, terutama Batak Toba, pertunangan atau martumpol merupakan tahapan penting sebelum pernikahan. Acara ini biasanya dilaksanakan di gereja, sebagai bentuk keseriusan kedua belah pihak dalam menjalani kehidupan rumah tangga secara rohani dan adat.

Dalam acara martumpol, pasangan yang akan menikah akan menyatakan niat mereka di hadapan pendeta dan jemaat, serta mendapat nasihat rohani. Setelah itu, kedua keluarga akan mengadakan makan bersama, sebagai simbol persatuan dua keluarga besar. Meski bersifat religius, martumpol tetap menjadi bagian dari adat Batak karena menyangkut struktur sosial antar marga.


Penutup

Adat Batak bukan hanya warisan budaya, tetapi juga merupakan panduan hidup yang mengatur tata krama, struktur sosial, hingga hubungan antarkeluarga. Meskipun modernisasi terus berkembang, masyarakat Batak tetap menjaga adat mereka dengan penuh kebanggaan. Setiap upacara, dari kelahiran hingga kematian, selalu dibingkai dengan nilai-nilai luhur yang diwariskan secara turun-temurun.

Melestarikan adat Batak berarti menjaga identitas dan jati diri sebagai bagian dari budaya Nusantara. Generasi muda pun didorong untuk tidak melupakan akar budaya mereka, agar adat Batak terus hidup dan relevan dalam kehidupan masa kini.