2 Kopi Racikan Nusantara Yang Tidak Kalah Dengan Kopi Luar Negeri
Dewasa ini sangat banyak kita lihat di kota besar sedang viral barista kopi yang dengan bangga nya memamerkan kemampuan meracik kopi.
Sebenarnya nusantara kita tidak kalah dengan kekayaan tradisi kita dalam meracik kopi karena memang pada dasarnya kita adalah Negara penghasil kopi.
Ada dua racikan kopi Indonesia yang tidak kalah dalam cita rasa dengan gempuran kopi luar negri yang saat ini mewabah di negeri kita.
Dua racikan kopi tersebut adalah:
Kopi Kothok
kopi kothok adalah pembikinan minuman kopi tradisionil di Indonesia.
Berlainan dengan kopi tabrak yang dibikin dengan tuangkan air panas ke bubuk kopi dan gula, kopi kothok dibikin dengan rebus kopi dan gula secara bertepatan (bukan diaduk-aduk dalam gelas).
Kopi kothok dikatakan sebagai minuman ciri khas dari Cepu, walau dapat diketemukan pada bagian pulau Jawa yang lain.
Kopi kothok sebagai semacam kopi hitam yang dibikin dengan menambahkan air, gula dan bubuk kopi.
Perbedaan bubuk kopi dan gula biasanya ialah sebesar satu banding dua.
Bila menginginkan kopi yang lebih pahit, karena itu perbandingannya jadi satu banding satu.
Karena kopi dan gula direbus bertepatan, kopi kothok disebutkan mempunyai wewangian yang semakin kuat dan struktur yang lebih kental.
Kopi kothok di Blora biasanya disangrai sendiri oleh pemilik warung dengan menggunakan kompor joss yang memakai kayu bakar dan bukan yang modern punya.
Cepu sebagai wilayah yang bersebelahan langsung dengan Jawa Timur. Kecamatan yang ada di Kabupaten Blora, Jawa tengah ini populer sebagai kebun minyak besar di Indonesia.
Objek rekreasi di Cepu semakin berkembang, seringkali sekarang banyak wisatawan singgah di wilayah yang populer akan seni adat tari Tayub ini.
Disamping itu, Cepu mempunyai kopi ciri khas yang harus disruput, yakni kopi kothok.
Kopi kothok sendiri bukan nama dari tipe kopi seperti arabika gayo, robusta lampung, atau kopi toraja yang populer itu, tetapi mengenai penyuguhannya.
Langkah membuat kopi kothok dapat disebut spesial karena kopi kothok dibikin dan dihidangkan dengan tidak wajar.
Kopi kothok ialah satu diantara beragam langkah nikmati satu cangkir kopi. Berlainan dengan yang sudah dilakukan banyak orang.
Kopi kothok diseduh dengan rebus kopi dan gula secara bertepatan (tidak diaduk-aduk dalam gelas) hingga keluarkan wewangian yang cukup harum, struktur yang lebuh kental dan tentu saja mempunyai cita-rasa yang lebih menarik.
Dengan begitu, sari kopi, wewangian dan cafein yang terdapat di dalam kopi itu akan keluar dengan cara lebih optimal.
Bicara kopi kothok, bukan hanya mengenai produk kopinya tersebut.
Tetapi adat dalam masyarakat mengenai budaya minum kopi yang telah mendarah daging, yang seakan-akan sanggup tembus penyekat sosial yang ada dan menembus batas umur juga.
Warga membaur bersama di warung kopi untuk maksud yang serupa, yaitu nikmati tegukan kesan kopi kothok.
Dari beragam kelompok dalam masyarakat baik itu anak muda, orangtua, karyawan kuli sawah, pengemudi dan kernet truk, atau bahkan siswa. Semua bersatu dalam serasi kopi kothok.
Kopi kothok, secara performanya ini tidak begitu spesial.
Warna hitam dan kelihatan panas.
Di Cepu sendiri kopi kothok identik dengan warung tenda di tepi jalan dan warung kaki lima yang masing-masing mempunyai cita rasa beragam sesuai dengan tangan sang koki kopi atau barista nya seperti kopi luar negeri.
kopi kothok banyak menyebar di wilayah kecil ini. Pusatnya ada di taman kota “Taman Sewu Lampu”.
Untuk bahan kopi yang dipakai dalam pembikinan kopi kothok ini tidak terus-terusan memakai satu tipe kopi.
Jumlahnya warung kopi yang sediakan kopi kothok ini, menjadikan benar-benar variasi dalam penyeleksian bahan kopi.
Menurut pakemnya kopi kothok, kopi sebaiknya disangrai sendiri oleh pemilik warung.
Biji-biji kopi itu umumnya dibeli masih juga dalam keadaan mentah (green bean), selanjutnya diolah atau disangrai oleh pemilik warung.
Ada beberapa pada mereka yang memakai biji kopi murni, ada beberapa lainnya yang memberikan kombinasi.
Kopi Arang
Dari beragam karakter kopi yang berada di Indonesia, belum komplet rasanya jika tidak mengulas Kopi Joss asli Yogyakarta ini.
Kekhasan dari kopi ini sudah dikenali lumayan luas oleh warga, sampai luar negeri.
Di luar negeri Kopi Joss dikenali bernama The Charcoal Coffee.
Pemberian nama itu sama sesuai, karena penyuguhan kopi ini cukup nyleneh dibanding dengan kopi-kopi yang lain.
Kopi ini bisa kita jumpai saat ada di samping utara Stasiun Yogyakarta, persisnya di beberapa warung angkringan yang berjajar di tepi jalan.
Untuk yang tidak paham, warung ini ialah gerobak dorong yang tawarkan beragam jenis minuman dan makanan tradisionil pada harga yang lumayan murah.
Harga Kopi Joss di angkringan itu sekitar pada 5000 rupiah saja.
Lantas apa sebagai keunikan dari Kopi Joss?
Secara umum, kopi di beberapa warung cuman dihidangkan dengan biji kopi biasa yang bisa dijumpai di beberapa toko secara umum.
Bahkan juga seringkali yang menyuguhkan kopi-kopi instant.
Tetapi Kopi Joss dihidangkan secara berlainan, karena dari tipe kopinya saja sebagai biji kopi tradisionil yang dihadirkan dari wilayah Klaten, Jawa tengah.
Hingga cita-rasa yang dibawa ciri khas dari teritori itu. Proses menyiapkan biji kopi dilaksanakan oleh penjual sendiri, dengan disangrai dan ditumbuk secara lembut.
Cara itu bisa disebut tradisionil, tetapi hal tersebut dipandang seperti kunci dari rasa dan wewangian biji kopi yang terbangun.
Kekhasan dilaksanakan saat mengolah air. Bila penjual kopi yang lain cenderung pilih untuk mengolah air memakai panci dan kompor gas, penjual Kopi Joss malah memakai Ketel – semacam teko besar – sebagai tempat dan mengolahnya memakai arang dan arang tersebut yang ada didalam kompor joss tersebut yang akan dimasukkan ke dalam kopi kita.
Langkah ini banyak dilaksanakan oleh penjual masakan ciri khas jawa, yang yakin jika mengolah memakai arang akan memberi cita-rasa yang lain.
Begitu halnya penjual Kopi Joss yang yakin jika air yang diolah akan memberi rasa yang lain.
Lalu ciri-ciri yang paling ciri khas dari Kopi Joss ialah penyuguhan pada konsumen setia, yakni dengan mencelupkan arang di dalam gelas kopi yang hendak kita minum.
Arang yang sudah membara di dalam tungku api, diambil dan diketok-ketuk untuk pastikan debu-debu tersisih dan aman untuk di celupkan pada kopi.
Kopi terus akan meletus-letup saat arang di celupkan, sampai bara dalam arang sudah mati.
Arang yang di celupkan pada Kopi Joss, sering ditanyakan keamanannya oleh khalayak luas.
Tetapi sebenarnya kopi arang bawa faedah untuk kesehatan penikmatnya.
Dibakar sampai temperatur capai 250 derajat celcius, arang akan beralih menjadi karbon aktif yang berguna sebagai pengikat toksin yang ada pada tubuh peminumnya.
Penemuan akan peranan arang sebetulnya telah diketemukan berpuluh-puluh tahun kemarin.
Amerika Serikat juga memakai arang sebagai bahan dari obat anti toksin, seperti Diarrest, Donnagel, dan lain-lain.
Dari beragam peranan yang dipunyai, karena itu pemakaian arang dalam Kopi Joss memberi banyak faedah.
Karena sekalian nikmati cita-rasa kopi asli Yogyakarta, konsumen dapat memperoleh faedah dari zat karbon yang dilepaskan oleh arang.
Selainnya zat karbon, arang aktif memiliki kandungan zat sorbitol, yang berperan sebagai zat penyerap toksin yang dibuangnya lewat aliran pencernaan.
Arang dapat mengobat beberapa penyakit seperti asam lambung, kembung, masuk angin, dan panas dalam.
Namun penting diingat arang tipe yang mana terbaik untuk di celupkan di dalam kopi.
Salah satunya arang yang dapat dipakai untuk Kopi Joss ialah arang yang dibuat dari kayu , yang bisa dijumpai di Kalimantan.