12 Hewan Dengan Populasi Paling Sedikit di Dunia
12 Hewan Dengan Populasi Paling Sedikit di Dunia
Bahkan di antaranya terancam punah
Potensi bahaya ini juga dihadapi oleh ragam hewan di dunia, yang perlahan mengikis populasi mereka dan diambang kepunahan. Mirisnya, beberapa populasi hewan kini berada di ujung tanduk dan terancam lenyap selamanya di muka bumi. Ini disebabkan oleh rusaknya habitat mereka akibat aktivitas manusia yang menghancurkan ekosistem alam.
Karena itu, beberapa lembaga pelestarian alam dunia seperti WWF pun turut mengupayakan konservasi hewan dan pelestarian habitat mereka.
Walaupun di antaranya masih dalam kategori ‘aman’ , namun terdapat hewan dengan populasi paling sedikit di dunia, bahkan kurang dari seratus ekor. Kira-kira hewan apa sajakah itu?
1. Katak Ungu
Dilihat dari fisiknya, katak ungu memiliki tampilan menyeramkan dengan bentuk tubuh yang besar serta hidung runcing menyerupai babi. Katak ungu masuk dalam satwa langka di dunia yang hanya ditemukan di Pegunungan Ghats Barat, India. Menurut penelitian, saat ini katak ungu hanya tersisa 135 ekor saja.
Ciri khas dari katak ini terletak pada kulitnya yang berwarna ungu mengkilap dan tanda lingkaran biru pada sekitar matanya.
2. Macan Tutul Amur
3. Lemur Bambu Besar
Lemur Bambu Besar adalah primata berbulu cokelat yang berhabitat di hutan hijau, tepatnya di Madagaskar. Walaupun bernama ‘Besar’, faktanya satwa satu ini memiliki tubuh kecil dengan berat hanya 2,5 kg saja. Para ilmuwan juga menetapkan hewan ini terancam punah dengan populasi hanya berkisar kurang dari 150 ekor.
4. Kukang Pygmy
Hewan imut dengan mata besar ini pun turut menjadi perhatian lembaga WWF lantaran populasinya yang semakin menipis setiap tahunnya. Saat ini kukang pgymy hanya berjumlah 50 ekor saja dan hanya ditemukan di Panama. Selain matanya yang besar, ciri khas kukang satu ini terletak pada kakinya yang memiliki 3 jempol.
5. Saola
Saola atau yang dikenal sebagai Unicorn Asia adalah mamalia berkaki empat yang pernah ditemukan di negara Vietnam. Lembaga alam dunia telah menetapkan Saola sebagai hewan paling langka dan terancam punah. Pertama kali muncul pada 1992, kehadiran Saola hanya terlihat 4 kali saja seja hingga saat ini. Upaya ilmuwan untuk menemukan populasi Saola yang tersisa di Vietnam pun masih diteruskan.
6. Vaquita
Masih satu saudara dengan lumba-lumna, Vaquita adalah mamalia laut terkecil yang keberadaannya terancam punah. Sejak 1996, IUCN telah menetapkan Vaquita dalam kategori Terancam Punah. Terlebih pada 2019, populasi vaquita hanya tersisa 9 ekor akibat penangkapan ikan secara ilegal, baik dengan jaring insang, pukat harimau, maupun bom laut. Pada umummya, vaquita mati karena secara tidak sengaja terjebak jaring insang dan tenggelam hingga kehabisan nafas.
7. Owa Hainan
Warna bulu yang mencolok dan dagingnya dipercaya sebagai obat yang mujarab, membuat populasi Owa Hainan terancam punah. Hal ini karena Owa Hainan menjadi target empuk para pemburu liar untuk dijual di pasar gelap sebagai obat, makanan, bahkan hewan peliharaan. Tak hanya itu, rusaknya habitat alami owa akibat penggundulan hutan juga turut mempengaruhi.
IUCN melaporkan kurang dari 10 individu yang tersisa pada tahun 1980-an, tetapi di tahun 2021 populasinya mengalami peningkatan menjadi 35. Karena populasinya yang semakin sedikit, hewan ini masuk dalam spesies yang dilindungi undang-undang. Siapa saja yang memburu atau memeliharanya secara bebas, akan dikenakan sanksi pidana yang sangat berat.
8. Buaya Filipina
Dahulu, buaya Filipina sering ditemukan hampir di seluruh wilayah di Filipina. Namun, akibat perburuan liar, buaya Filipina seringkali dihabisi untuk diambil kulitnya lantaran kualitasnya yang baik sebagai bahan baku di industri mode. Saat ini, buaya Filipina hanya dapat ditemukan di daerah terfragmentasi di pulau Dalupiri, Luzon, dan Mindanao. Habitatnya ada di daerah air tawar, seperti sungai, rawa, dan kolam.
Menyadur Smithsonian’s National Zoo & Conservation Biology Institute memperkirakan populasi liar buaya Filipina berjumlah kurang dari 100 ekor.
9. Beruang Gobi
Beruang Gobi mampu hidup dengan tangguh di daerah yang kering dengan curah hujan yang kurang dari 100 mm per tahun. Selaras dengan namanua, subspesies beruang cokelat ini hanya dapat ditemukan di gurun Gobi di Mongolia.
Kini populasi Hewan bernama ilmiah Ursus arctos gobiensis hanya tersisa 30-50 ekor yang masih bertahan hidup. Menurunnya populasi beruang Gobi diperkirakan akibat rusaknya habitat mereka di padang rumput Mongolia karena penambangan serta pendirian peternakan hewan. diperkirakan akibat rusaknya habitat mereka di padang rumput Mongolia karena penambangan serta pendirian peternakan hewan.
10. Serigala merah
Sesuai namanya, karakteristik mencolok serigala satu ini terletak pada bulunya yang berwarna merah marun. Hewan dengan nama ilmiah Canis rufus ini tersebar di Amerika Utara. Populasi serigala merah sangatlah mengkhawatirkan lantaran diperkirakan berjumlah 19-21 ekor saja. Oleh lembaga IUCN, Serigala merah masuk dalam daftar hewan yang dilindungi dan dikategorikan sangat terancam punah.
11. Badak Jawa
Badak jawa adalah fauna otentik asli Indonesia yang terancam punah. Bermukim di cagar alam Pulau Jawa, pada tahun 2022 ini populasi badak Jawa berjumlah 76 ekor. Angka ini tentu meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya berjumlaj 50 ekor saja. Menipisnya populasi Badak Jawa atau Rhinoceros sondaicus diakibatkan perburuan liar yang merajalela setiap tahunnya.
12. Badak Sumatera
Berbanding tebalik dengan jumlah badak Jawa yang semakin meningkat, populasi badak Sumatera justru semakin merosot setiap tahunnya. Hal ini menjadi sorotan pemerintah Indonesia untuk terus melindungi Badak Sumatera sekaligus menjaga habitatnya. Per Oktober 2022, badan Sumatera berjumlah kurang dari 50 ekor. Angka ini tentu lebih sedikit jika dibandingkan 2018 sebanyak 80 ekor.
Sangat disayangkan, kumpulan hewan di atas lambat laun akan punah akibat perburuan liar dan rusaknya habitat alami mereka. Hutan yang hijau yang seharusnya menjadi habitat mereka, kini disulap menjadi industri pertanian atau peternakan, demi memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Agar generasi selanjutnya tetap bisa melihatnya, yuk, sama-sama jaga kelestarian hewan-hewan ini, Bela!