10 Negara Penghasil Narkoba Terbesar di Dunia
10 Negara Penghasil Narkoba Terbesar di Dunia: Di Balik Bayang-bayang Laba dan Ketakutan
Beritaburung.news / 15 Juli 2025 — Narkoba, Dunia perdagangan gelap tak pernah sepi. Di balik industri miliaran dolar ini, terdapat negara-negara yang dikenal sebagai pusat produksi zat adiktif paling mematikan. Beberapa di antaranya terjebak dalam lingkaran kemiskinan, konflik bersenjata, hingga korupsi sistemik yang membuat upaya pemberantasan menjadi nyaris mustahil.
Laporan investigatif ini mengulas 10 negara dengan produksi narkotika terbesar, berdasarkan data terbaru dari United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) serta observasi lapangan dari berbagai media internasional.
1. Afghanistan: Episentrum Opium Dunia
Zat utama: Opium (bahan dasar heroin)
Wilayah sentra: Provinsi Helmand, Kandahar
Catatan khusus: Meski Taliban mengklaim melarang opium, produksinya masih tinggi
Afghanistan masih memegang gelar produsen narkoba opium terbesar dunia. Sekitar 80–90% pasokan global berasal dari ladang poppy di negara ini. Selama dua dekade terakhir, berbagai upaya pemberantasan gagal karena keterlibatan kelompok bersenjata dan lemahnya pemerintahan.
Setelah Taliban kembali berkuasa pada 2021, mereka secara resmi mengumumkan larangan total terhadap budidaya opium. Namun investigasi independen menunjukkan masih adanya aktivitas pertanian tersembunyi yang tetap berlangsung, terutama karena menjadi sumber penghidupan utama bagi warga.
2. Kolombia: Raja Kokain Global
Zat utama: Kokain
Wilayah sentra: Nariño, Putumayo, Caquetá
Fakta menarik: Produksi kokain 2024 mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah
Kolombia dikenal luas sebagai pemasok utama kokain dunia. Negara ini memiliki ribuan hektare ladang koka yang tersebar di wilayah selatan dan barat daya. Sejak awal 2000-an, pemerintah dengan bantuan Amerika Serikat meluncurkan operasi eradikasi. Namun, produksi justru meningkat.
Menurut laporan UNODC tahun 2024, volume kokain dari Kolombia menembus 1.738 ton, naik drastis 15% dibanding tahun sebelumnya. Sementara kartel-kartel besar seperti Clan del Golfo terus berkembang, aktor-aktor baru bermunculan dengan metode penyelundupan yang makin canggih.
3. Meksiko: Surga Kartel dan Laboratorium Sabu
Zat utama: Methamphetamine (sabu), Fentanil
Wilayah sentra: Sinaloa, Jalisco, Michoacán
Kondisi: Kartel memproduksi dan mengekspor dalam skala industri
Meksiko adalah rumah bagi kartel narkotik paling berbahaya di dunia. Selain kokain impor dari Kolombia, Meksiko juga dikenal karena produksi lokal sabu dan fentanil yang kini membanjiri Amerika Utara.
Laboratorium-laboratorium tersembunyi di hutan dan daerah pegunungan menghasilkan jutaan dosis setiap bulan. Sinaloa dan Jalisco New Generation Cartel (CJNG) mendominasi jaringan, dengan teknologi produksi yang terus meningkat.
Pemerintah Meksiko menghadapi dilema serius antara pemberantasan dan konflik bersenjata dengan kelompok kartel bersenjata lengkap.
4. Myanmar: Zona Merah “Segitiga Emas”
Zat utama: Opium, Methamphetamine
Wilayah sentra: Shan State
Fakta khusus: Wilayah konflik yang mempersulit intervensi internasional
Myanmar, terutama wilayah utara, merupakan bagian dari “Golden Triangle”—salah satu kawasan penghasil opium terbesar dunia bersama Laos dan Thailand. Namun kini, fokus produksi bergeser ke methamphetamine yang lebih ringan dan mudah diselundupkan.
Produksi zat terlarang meningkat pesat sejak kudeta militer 2021. Kelompok-kelompok bersenjata etnis dan sindikat lokal memanfaatkan kekacauan politik untuk memperluas jaringan produksi. Tahun 2024, lebih dari 1 miliar tablet sabu dilaporkan disita di kawasan ini—rekor tertinggi dalam sejarah Asia Tenggara.
5. Peru: Penantang Lama di Perdagangan Kokain
Zat utama: Kokain
Wilayah sentra: VRAEM (Valley of the Apurímac, Ene and Mantaro Rivers)
Kondisi: Produksi meningkat meski ada program alternatif pertanian
Peru pernah menyandang gelar penghasil kokain terbesar sebelum disalip oleh Kolombia. Kini, negara ini kembali menunjukkan tren kenaikan produksi, terutama di wilayah VRAEM yang sulit dijangkau.
Upaya pemerintah untuk mengalihkan petani koka ke tanaman legal seperti kopi dan kakao kerap gagal karena harga kokain yang jauh lebih menguntungkan. Kelompok pemberontak seperti Sendero Luminoso juga masih terlibat dalam jaringan peredaran ilegal.
6. Bolivia: Negara Kecil, Produksi Besar:format(webp)/article/B14FAMBsJBXFNL5oJZlxX/original/006376600_1626860997-Efek_Buruk_Kokain_yang_Bisa_Merusak_Hidung.jpg)
Zat utama: Kokain
Wilayah sentra: Chapare dan Yungas
Isu utama: Konflik antara petani legal dan ilegal
Meski Bolivia tidak sepopuler Kolombia atau Peru, negara ini tetap menjadi salah satu penghasil utama kokain dunia. Pemerintah Bolivia mengizinkan penanaman koka dalam skala terbatas untuk konsumsi tradisional, namun batas tersebut seringkali dilanggar.
Produksi narkoba kokain meningkat sejak 2023, dengan sejumlah besar laboratorium ditemukan di daerah pedesaan. Pemerintah menghadapi dilema: menghormati budaya lokal, tapi juga memberantas distribusi gelap.
7. Laos: Negara Kecil di Jantung Segitiga Emas
Zat utama: Methamphetamine
Wilayah sentra: Provinsi Bokeo dan Luang Namtha
Kondisi: Minim pengawasan dan banyak jalur penyelundupan
Meski tidak sepopuler Myanmar, Laos menjadi pemain penting dalam jaringan narkoba sabu Asia Tenggara. Banyak pengiriman besar yang melewati perbatasan Laos sebelum mencapai Thailand, Vietnam, atau Kamboja.
Produksi zat sintetis meningkat tajam sejak 2022, seiring dengan merosotnya kontrol pemerintah atas wilayah pedalaman. Laporan dari UNODC menyebutkan bahwa Laos kini menjadi salah satu titik transit narkoba sabu terbesar di Asia.
8. Nigeria: Titik Panas Afrika Barat
Zat utama: Methamphetamine, Tramadol
Wilayah sentra: Lagos, Delta State
Masalah utama: Kombinasi antara korupsi, kemiskinan, dan kekacauan politik
Nigeria kini dikenal sebagai pusat peredaran zat adiktif narkoba di Afrika Barat. Tidak hanya memproduksi narkoba sabu, sindikat Nigeria juga terlibat dalam ekspor narkoba Tramadol secara besar-besaran ke negara-negara Arab dan Asia Selatan.
Produksi zat ini melibatkan jaringan internasional, termasuk laboratorium rahasia dan jalur penyelundupan udara dan laut. Pemerintah Nigeria mendapat tekanan dari dunia internasional untuk memperketat pengawasan pelabuhan dan bandara.
9. Venezuela: Negara Krisis, Produksi Tumbuh
Zat utama: Kokain
Wilayah sentra: Perbatasan Kolombia-Venezuela
Kondisi: Kolapsnya institusi negara membuka celah bagi kartel
Dalam beberapa tahun terakhir narkoba , Venezuela menjadi lahan baru produksi narkoba kokain, terutama di wilayah perbatasan dengan Kolombia. Pemerintah yang lemah, inflasi tinggi, dan kekacauan ekonomi memberi ruang bagi kartel untuk beroperasi bebas.
Produksi tidak sebesar Kolombia, namun pertumbuhannya cepat dan mengkhawatirkan. Sejumlah laboratorium ditemukan di wilayah perbukitan, dan laporan menyebutkan keterlibatan oknum militer lokal dalam perlindungan distribusi.
10. Thailand: Dari Konsumen Jadi Produsen Regional
Zat utama: Methamphetamine
Wilayah sentra: Chiang Rai, Chiang Mai
Peran: Transit dan produksi terbatas
Thailand dikenal sebagai hub transit narkoba sabu dari Myanmar ke pasar Asia. Namun belakangan ini, beberapa kasus menunjukkan bahwa Thailand mulai memproduksi dalam skala kecil.
Laboratorium sintetis ditemukan di utara Thailand, dan otoritas terus meningkatkan operasi pencarian. Thailand juga menjadi pusat cuci uang bagi jaringan regional, memperkuat posisinya dalam rantai pasok zat ilegal.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa alasan utama negara-negara ini memproduksi narkoba dalam skala besar?
Mayoritas karena faktor ekonomi, lemahnya institusi hukum, dan keterlibatan kelompok bersenjata atau kartel lokal yang mengontrol wilayah produksi.
2. Apakah semua produksi dilakukan secara ilegal?
Ya. Meskipun ada beberapa pengecualian seperti tanaman narkoba koka legal di Bolivia untuk penggunaan tradisional, sebagian besar produksi diarahkan untuk pasar gelap.
3. Apa peran negara maju dalam peredaran zat ini?
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara Eropa merupakan konsumen narkoba utama. Permintaan tinggi dari sana mendorong peningkatan produksi di negara penghasil.
4. Bagaimana dunia internasional menanggapi situasi ini?
Melalui kerja sama antarnegara, pemberian bantuan teknis, dan sanksi ekonomi. Namun keberhasilan sangat bergantung pada stabilitas internal negara penghasil.
5. Apakah ada harapan untuk memberantas produksi secara total?
Sangat sulit. Produksi zat adiktif telah beradaptasi dengan teknologi dan sistem penyelundupan yang semakin kompleks. Pemberantasan hanya efektif jika dibarengi reformasi sosial dan ekonomi menyeluruh.
Akhir Kata
Perang terhadap zat adiktif bukan hanya soal pelarangan dan penangkapan, tetapi juga soal kebijakan, kemiskinan, dan konflik sosial. Negara-negara penghasil terbesar seperti Afghanistan, Kolombia, hingga Myanmar menunjukkan bahwa industri ini bertahan karena adanya sistem pendukung di baliknya—dari ladang, laboratorium, hingga jaringan penyelundupan internasional.
Tanpa strategi global yang inklusif dan berbasis pada keadilan sosial, perdagangan narkoba akan terus tumbuh, merusak generasi, dan memperpanjang penderitaan banyak negara. Kini, dunia sedang menatap pilihan sulit: melawan secara sistemik atau hanya menambal luka yang terus terbuka.