10 Film Pemenang Golden Lion Venice Film Festival 1 Dekade Terakhir
10 Film Pemenang Golden Lion Venice Film Festival 1 Dekade Terak
Venice Film Festival ialah sedikit festival film paling tua terus sangat bergengsi di lingkungan. Festival inipun dijalankan tiap tahunnya di Venesia, Italia.
Barisan film daripada bermacam pojok semesta bertanding di kejuaraan kunci merebutkan apresiasi terbagus, Golden Lion, dimana dikirimkan pada film tercantik. Bermacam kreasi sinematik asing umum sukses memimpin pengakuan itupun.
Sewaktu 1 dasawarsa final, memiliki sepuluh film jawara Golden Lion di Venice Film Festival dimana kreasinya tetap asing rata-rata bagus. Teranyar ialah The Ruangan Next Door (2024).
1. The Ruangan Next Door (2024)
Teranyar terdapat The Ruangan Next Door. Film kisah Itu ditangani dengan sutradara asal Spanyol, Pedro Almodovar, terus selaku film pertama kalinya dalam dialek Inggris. Film inilah diperankan Julianne Moore terus Tilda Swinton, nan satu-persatu memainkan peran ciri Ingrid terus Martha. Ingrid merupakan penulis best-seller, selagi Martha orang koresponden konflik.
selepas sekian tahun terpisahkan, dia orang ketemu lagi dalam waktu berlebihan, melainkan manis. Dia orang menyisihkan masa tenggang juga, share cerita lama, anekdot, lagi pengetahuan bekerja, sekalian menyambut permohonan daripada Martha nan bakal mencoba kapabilitas pertemanan dia orang. Di Venice Film Festival 2024, film inilah mempunyai sambutan asing rata-rata, terlibat standing ovation selagi 18 menit oleh memenang Golden Lion.
2. Poor Things (2023)
Film nang disutradarai Yorgos Lanthimos inipun bercerita seseorang wanita bercap Bella Baxter, dimana dimainkan dengan Emma Stone. Dia dihidupkan lagi sama seorang cendekiawan eksentrik, Dr. Godwin Baxter (Willem Dafoe) sesudah bunuh senpribadi. Bella dibangkitkan otak bayi nan pertama lahir, dimana memberikannya reaksi pertama prihal hajat hidup terus kebebasan.
Poor Things diketahui menjadi sebentuk humor gotik sama obyek nang unik terus absurd. Film Itu mempelajari topik istilah, kebebasan, lagi penemuan perseorangan masa Bella menempuh perjalanan pol warna oleh absurd di semesta nan aneh. Muncul pertama di Venice Film Festival, Poor Things menggapai nobel Golden Lion menjadi film tertinggi.
3. All the Beauty and the Bloodshed (2022)
Film dokumenter kreasi Laura Poitras Itu mengeksploitasi hajat hidup potografer lagi aktivis Yang Goldin lagi perjuangannya memusuhi industry farmasi akbar. spesialnya Sackler Saudara, dimana terturut dalam kritis opioid di Amerika Serikat. Film inipun mencampurkan seni oleh aktivisme, mendeskripsikan macam mana seni bisa untuk jadi benda perlawanan mengenai ketidakadilan sosial
Kejayaan All the Beauty and the Bloodshed di Venice perlihatkan tentang film dokumenter oleh objek sosial nang kuat tetap bisa berlomba sama beberapa film fiksi. Poitras sukses membentuk kreasi nang enggak cuma informasional sebaliknya agak emosional. Mempersiapkan photo dimana kuat berkenaan perjuangan lagi defisit
4. Happening (2021)
Happening yaitu film kisah Prancis penyesuaian novel kreasi Annie Ernaux. Ceritanya berdasar 1960-an dimana meng ikuti kejadian seorang pelajar muda berupaya membuat aborsi selaku ilegal di tengah-tengah warga negara dimana menginjak-injak hak-hak reproduksi wanita. Kreasi inilah sentuh desas-desus peka oleh trik nang sungguh-sungguh lagi realistik.
Happening disanjung lantaran keberaniannya di dalam mengeduk objek polemis. Film itulah cukup sama sama pembicaraan wenang aborsi masa ini. Style penyutradaraan Audrey Diwan dimana disanggupi kegentingan emosional menciptkan Happening untuk jadi jawara nang terkesan di Venice sama menggondrol Golden Lion.
5. Nomadland (2020)
Nomadland meng ikuti hidup seseorang wanita separuh baya, Fern. Dia kesusahan semuanya dalam kritis ekonomi oleh mengakhiri buat menjalankan denyut nadi menjadi seorang pengembara. Fern bersiap-siap safari melewati Amerika Barat sama van sembari bekerja sembarangan.
Film Itu mengadakan perasaan intim mengenai populasi nomad Amerika lagi hidup di pinggir warga negara kapitalis. Nomadland memunculkan photo nang sportiv lagi melankolis berkenaan denyut nadi nan acap kali kala terlewati. Disutradarai Chloe Zhao, film Itu mengirimkan pulang Penilaian Golden Lion untuk jadi Film Jempolan.
6. Joker (2019)
Film kerjaan sutradara Todd Phillips itulah mendalami asal muasal beberapa personalitas villain sangat iconic dalam histori budaya pop, Joker. Diaktori Joaquin Phoenix, film itulah menceritakan atas Arthur Fleck, pria oleh problem nyali dimana selepas ganti selaku pribadi kejahatan beresiko. Joker adalah film dimana muram, pol kekerasan, melainkan lumayan menentang oleh masukan sosial dimana tajam.
Keberhasilan Joker di Venice memacu diskusi atas representasi kekerasan dalam film. Kendati frontal, Joker Berjaya merampok kesukaan sama tampilan memikat Phoenix oleh sinematografinya nang kuat. Bikin sedikit film setidaknya berakibat di warsa tertulis.
7. Roma (2018)
Roma ialah film semi-autobiografi nan disutradarai dengan Alfonso Cuaron. Ceritanya memetik background di Mexico City di depan 1970-an. Meng ikuti denyut nadi orang pembantu kediaman tangga di keluarga kelas medium.
Film itupun melukiskan dinamika kelkelas lagi uarga sosial di Meksiko. Roma menyajikan pendekatan cerita dimana intim terus emosional bersama difilmkan dalam warna hitam-putih. Film inipun menang Golden Lion di penyajian pertamanya di Festival Film Venesia.
8. The Shape of Water (2017)
The Shape of Water adalah film romantis fantasi nan disutradarai Guillermo del Toro. Ceritanya berdasar belakang di abad Konflik Dingin. Berkisah Elisa, seorang petugas kebersihan nang bisu. Dia merajut komunikasi emosional sama makhluk amfibi nang ditahan sama penegak hukum.
Del Toro menggabungkan beberapa unsur dongeng oleh realita riwayat buat membangun narasi dimana pol fantasi lalu kemegahan visual. The Shape of Water kian mempesona oleh model visualnya nan elok sambil narasi sentuh atas cinta lagi akseptasi. Film itupun Berjaya mencapai empat keberhasilan di Venice Film Festival, tersisip Golden Lion untuk jadi Film Terbagus.
9. The Woman Who Left (2016)
Film Asia Tenggara agak sudah menyertai pulang Golden Lion. Disutradarai dengan Lav Diaz, film Filipina inilah mempunyai durasi nyaris 4 jam. Menceritakan berkenaan seorang wanita nang dibebaskan daripada penjara selesai 30 musim karena kejahatan dimana jangan dikerjakan. Dia sehabis berikhtiar buat membalikan sakit hati pada insan nang memerangkapnya, sekalian menjajal mengalami tempatnya di semesta nan pernah berpindah mencolok.
Sama waktu nang panjang lalu tempo nan pelan, film inipun selaku refleksi meditatif terhadap beberapa tema serupa penebusan, keadilan, lalu isolasi. Film itulah lumayan memberikan antisipasi dalam atas orang lagi rakyat Filipina.
10. From Afar (2015)
From Afar adalah film cerita asal Venezuela nang disutradarai dengan Lorenzo Vigas. Ceritakan jalinan ribet sekitaran orang pria bangkot nan berdiam terisolasi lalu orang pemuda dimana terturut di dalam semesta kejahatan. Sistemnya menyorot kegentingan emosional lingkungan ke-dua profil kunci.
Film inilah mempelajari topik ketidaksetaraan sosial oleh kekerasan. Sama cerita nang intensif oleh peningkatan ciri dalam, film itupun memasarkan eksploitasi emosional nang kuat berkenaan kesendirian oleh relasi khalayak. Keuntungan From Afar di Venice menjadikan film Amerika Latin pertama nan mencetak Golden Lion.
Sepuluh film jawara Golden Lion di hadapan bisa sinkron daftar tontonanmu. Masing-masingnya mendatangkan cerita oleh misi sinematik nang beda lamun enggak tunduk mengagumkan. Penilaian itulah selalu sebagai perbandingan demi beberapa kreasi terbagus di jagat perfilman. Melainkan itu di Venice Film Festival, jejeran film di sehubungan agak membukukan melimpah Penilaian bermartabat selain itu, terliput Piala Oscar.